Europol: Anak-anak Kian Rentan Propaganda Ekstremis
4 Juni 2025Kelompok jihadis dan ekstremis sayap kanan semakin lihai memanfaatkan kecenderungan generasi muda yang akrab dengan dunia digital. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, termasuk kecerdasan buatan (AI), mereka menyusun pesan propaganda yang semakin halus dan menyasar anak-anak dan remaja di seluruh Eropa.
Dalam laporan terbarunya yang dirilis Selasa (3/6) di Den Haag, Badan Kepolisian Uni Eropa (Europol) mengungkap bahwa lebih dari 2.000 tautan berisi konten kekerasan dan propaganda teroris yang secara spesifik menargetkan anak di bawah umur ditemukan dalam satu hari aksi bersama di tingkat Eropa.
Menurut Europol, kelompok teroris dan ekstremis kini tak hanya memanfaatkan kerentanan psikologis remaja, tapi juga menjadikan keahlian mereka di ranah digital sebagai pintu masuk. Direktur Europol, Catherine De Bolle, menekankan pentingnya kolaborasi erat antara penegak hukum dan perusahaan digital untuk menghentikan proses radikalisasi sejak dini.
Menghasut dendam
Salah satu taktik manipulatif yang semakin sering digunakan, menurut laporan tersebut, adalah penggunaan konten visual dan narasi yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan. Gambar, teks, dan video dibuat sedemikian rupa agar menarik bagi kalangan muda. Dalam beberapa kasus, materi propaganda diselipkan dalam elemen permainan (gaming), sehingga semakin sulit dikenali.
Lebih jauh, Europol menyoroti tren mengkhawatirkan berupa penggunaan narasi korban secara emosional. Dalam praktiknya, pelaku menyebarkan gambar anak-anak yang terluka atau tewas di zona konflik untuk membangun empati, sekaligus menyulut keinginan membalas dendam di kalangan target rekrutmen.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sepanjang tahun lalu, aparat penegak hukum di negara-negara anggota Uni Eropa mencatat peningkatan jumlah kasus terorisme yang melibatkan anak-anak dan remaja. Aksi gabungan yang digelar pada 27 Mei lalu melibatkan 16 negara Eropa, termasuk Jerman, sebagai upaya kolektif menangkal penyebaran ideologi kekerasan di ranah digital.
Europol memperingatkan bahwa tanpa tindakan tegas dan terkoordinasi, ruang digital akan terus menjadi lahan subur bagi radikalisasi generasi muda, yang berpotensi menjadi pelaku kekerasan di masa depan.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
Editor: Yuniman Farid