Ekstremis Kanan di Jerman Makin Muda dan Makin Berbahaya
13 Juni 2025Menteri Dalam Negeri Jerman Alexander Dobrindt (CSU) minggu lalu memperkenalkan laporan terbaru Dinas Intelijen Dalam Negeri Jerman,Verfassungsschutz untuk tahun 2024. Laporan itu secara berkala dirilis Verfassungsschutz, memuat perkembangan gerakan ekstrimis maupun kegiatan intelijen asing di Jerman.
Laporan itu menunjukkan seberapa besar potensi orang-orang yang secara terbuka mengusung paham ekstremisme kananyang jumlahnya terus meningkat. Sepuluh tahun lalu, ada sekitar 20.000 orang. Sekarang jumlahnya, seperti yang dijelaskan politisi CSU, dan sejak itu jumlahnya meningkat lebih dari dua kali lipat, menjadi sekitar 50.000 orang.
„Itu jumlah yang menakutkan. Untuk pertama kalinya, jumlah ekstremis kanan berada di atas angka 50.000," kata Dobrint. Terutama karena dinas intelijen dalam negeri memperkirakan, dari kalangan ini ada sekitar 14.500 orang yang siap menggunakan kekerasan.
Makin muda dan makin radikal
Pada pertengahan Mei 2025, polisi Jerman menangkap lima anggota kelompok teroris sayap kanan yang menamakan diri "Letzte Verteidigungswelle". Polisi ketika itu melakukan penggerebekan di lima negara bagian. Menurut para ahli, kelompok teror itu saat ini merupakan kelompok ekstremis kanan yang paling radikal. Anggota termuda yang ditangkap berusia 14 tahun. Kelompok itu antara lain disebut telah merencanakan serangan terhadap tempat-tempat penampungan pengungsi.
Tapi menurut Menteri Dalam Negeri Alexander Dobrindt, ancaman terhadap keamanan dalam negeri Jerman tidak hana datang dari kelom kelompok ekstremis kanan. Serangan terhadap negara tercatat hampir setiap hari, katanya. Misalnya Rusia, terus berusaha menyebarkan disinformasi dan melancarkan serangan siber dalam jumlah yang terus meningkat.
Sejak perang agresi Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022, aksi spionase Rusia meningkat dan juga sering menggunakan pemuda Jerman. Sinan Selen, Wakil Presiden Verfassungschutz mengatakan, kaum muda sebagai sering direkrut sebagai "agen tingkat rendah," dan jumlah mereka bertambah dengan cepat. Dia menjelaskan: "Mereka adalah orang-orang yang sangat muda, dan hal itu menjadi perhatian khusus bagi kami karena mereka tidak dibentuk secara ideologis dalam jangka waktu yang lama, tetapi justru teradikalisasi dengan sangat cepat dan bersedia mengambil tindakan dengan sangat cepat."
Selain Rusia, Cina juga meningkatkan kegiatan spionasenya, yang terutama ditujukan pada sektor ekonomi. Sementara jumlah ekstremis kiri juga meningkat, meskipun hanya sedikit, dari 37.000 menjadi 38.000 orang.
ISIS berusaha menarik minat lebih banyak kaum muda muslim
Setelah periode panjang aktivitas yang agak stagnan, kegiatan ISIS di Jerman meningkat lagi. Verfassungsschutz memperkirakan potensinya sekitar 28.000 orang, dengan hampir 10.000 di antaranya siap menggunakan kekerasan. Juga kelompok teroris lain seperti Hamas dan Hizbullah berupaya merekrut kaum muda. Terutama sejak dimulainya Perang Gaza menyusul serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023, kelompok ISIS sangat aktif di Jerman. Sinan Selen mengatakan: "ISIS telah berhasil memanfaatkan isu Palestina sebagai topik dan memasukkannya ke dalam narasi radikalisasinya untuk memengaruhi kaum muda."
Namun inti laporan tahunan terbaru Verfassungschutz, kata Mendagri Alexander Dobrindt, adalah bahwa ekstremisme kanan tetap menjadi masalah paling serius di Jerman saat ini. Ia menambahkan, sekitar 20.000 orang yang dianggap ekstremis kanan adalah anggota partai "Alternatif untuk Jerman (AfD)", yang sekarang merupakan partai oposisi terbesar di parlemen Jerman, Bundestag. Meskipun demikian, Alexander Dobrindt tidak setuju dengan upaya sebagian anggota parlemen yang ingin AfD dinyatakan sebagai partai terlarang.
"AfD menurut saya memang berpandangan radikal kanan, saya bagi saya tidak perlu diragukan lagi. Tapi saya percaya, jalan yang benar adalah menghadapi AfD secara politis…. Dan itu artinya, mencari solusi untuk berbagai masalah di dalam negeri."
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh: Hendra Pasuhuk
Editor: Yuniman Farid