Debat Pelarangan Permainan Komputer di Jerman
13 Maret 2009Setelah ditemukannya permainan komputer "Counter Strike" dan sejumlah permainan komputer yang bersifat kekerasan di rumah remaja pelaku pembantaian di Winnenden, para politisi Jerman menuntut dilarangnya permainan komputer yang bersifat kekerasan dan brutal. Menurut pihak kepolisian Jerman, permainan-permainan komputer yang ditemukan itu cocok dengan ciri-ciri sifat seorang pembantai massal.
Menteri dalam negeri negara bagian Bayern Joachim Hermann mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak menolak semua bentuk permainan komputer.
"Tapi terdapat sejumlah permainan komputer yang sangat brutal, di mana pemainnya memerankan pelaku aksi kekerasan, yang kemudian mengidentifikasi dirinya untuk membunuh orang lain secara tidak terkendali. Permainan seperti itu, menurut pendapat saya, tidak diperlukan disini,“ tegas Herrmann.
Hingga saat ini di Jerman, permainan komputer yang menggambarkan adegan kekerasan harus melalui uji kelayakan dan terdapat larangan untuk diperjualbelikan kepada anak-anak dan remaja. Peraturan ini tampaknya tidak ampuh. Yayasan Jerman Untuk Pemberantasan Kejahatan menuntut larangan sepenuhnya terhadap permainan komputer yang bermuatan kekerasan.
Akan tetapi, masih belum diketahui bagaimana mencegah diunduhnya permainan tersebut dari internet. Menurut Menteri dalam Negeri Jerman Wolfgang Schäuble, di balik peristiwa pembantaian semacam itu, tersembunyi masalah kemasyarakatan.
"Pertanyaannya adalah, apa yang terjadi pada masyarakat kita, haruskah kita lebih gencar menyampaikan orientasi tata nilai, haruskah kita memberantas penggambaran kekerasan di media? Dan pada akhirnya, di masyarakat yang bebas selalu terdapat pertanyaan, di mana semua pihak yang terlibat menerapkannya lebih jauh lagi pada dirinya sendiri,“ kata Schäuble.
Peringatan terakhir Schäuble itu diarahkan kepada media. Perhimpunan Jurnalis Jerman pada hari terjadinya peristiwa itu, menyerukan media untuk menahan diri dalam memberitakan peristiwa pembantaian Winnenden. Menurut Perhimpunan Jurnalis Jerman, pemberitaan yang dibesar-besarkan dan bertujuan membangkitkan sensasi, dianggap tidak patut bagi para korban dan keluarganya. Perhimpunan Jurnalis Jerman dalam hal ini menyinggung laporan pendek sejumlah wartawan di media online melalui platform Twitter di hari insiden itu terjadi.
Menteri dalam Negeri Jerman Schäuble menanggapi dengan skeptis usulan mengenai tindak keamanan lebih ketat di sekolah-sekolah. Menurutnya, "Saya tidak yakin, sekolah-sekolah di Jerman harus diubah menjadi benteng anti senjata. Kalau kita melakukan hal itu, yang sebenarnya hanya dapat digambarkan oleh orang gila, maka dampaknya bagi para siswa pastilah bukan yang kita harapkan.“
Yang dimaksud Schäuble adalah gagasan memasang detektor logam di sekolah-sekolah, seperti yang diterapkan di sekolah-sekolah di Amerika Serikat.
Sementara seruan untuk memperketat peraturan pemilikan senjata api hanya dilontarkan oleh Partai Kiri. Partai Kiri mengusulkan supaya setiap senjata api diamankan secara ketat, dan membatasi pemilikan senjata api di rumah tangga pribadi.
Saat ini sudah ada peraturan yang mewajibkan anggota perhimpunan olahraga menembak dan pemburu menyimpan senjata api yang dimilikinya dalam peti besi yang dikunci. Tampaknya ayah sang pelaku pembantaian Winnenden tidak mematuhi peraturan itu.
Peraturan pemilikan senjata api di Jerman diperketat sejak peristiwa pembantaian di sekolah di kota Erfurt tujuh tahun lalu.(ls)