Buruh Pabrik Mainan Chinalah yang Paling Menderita
24 Agustus 2007Sebuah laporan menyangkut skandal keamanan mainan anak-anak produk China, baru-baru ini dipublikasikan oleh organisasi perburuhan yang bermarkas di New York, Labour Watch. Namun kali ini bukan tentang standar keamanan produk yang membahayakan anak-anak, melainkan tentang nasib para buruh pabrik mainan itu.
Laporan ini menggambarkan bahwa para pekerja pabrik mainan juga menjadi korban dari tidak amannya produk yang mereka buat. Mereka tidak menggunakan pelindung apapun, misalnya ketika mengecat produk. Jangankan memakai masker pelindung, sarung tanganpun tidak.
Tidak satupun diantara para buruh pabrik itu yang menyadari betapa bahayanya zat-zat kimia yang mereka sentuh saat bekerja. Kepala biro Cina, Labour Watch Li Qiang mengatakan: „Perusahaan menyobek tanda peringatan bahaya yang tertera pada kemasan produk-produk kimia, yang digunakan di pabrik. Para pekerja tidak mengetahui bahwa kesehatan mereka juga bisa terpengaruh.
Banyak dari mereka yang menderita sakit yang berasal dari tempat kerja. Kini konsumen barat cuma mengeluhkan anak-anak mereka akan terinfeksi akibat produk mainan China. Padahal 10 ribu pekerja di China telah terkena bahaya itu. Di Provinsi Guangdong, setiap tahunnya lebih dari 10 ribu pekerja kehilangan jari mereka. Betapa kejamnya!“
Laporan Labour Watch dipublikasikan setelah mereka menelusuri 26 pabrik mainan di Provinsi Guangdong, China selama delapan bulan. Dengan gaji sekitar 900 ribu rupiah, para buruh dieksploitasi bekerja delapan puluh jam per minggu, tanpa libur.
Kontrak kerja mereka pun tidak jelas, dan mereka bekerja tanpa jaminan keamanan sosial. Li Quang menambahkan kondisi itu terjadi karena kerakusan perusahaan-perusahaan dan importir mainan internasional.
Menurut Labour Watch, perusahaan-perusahaan mainan baratlah yang seharusnya bertanggung jawab. Mereka mengeruk keuntungan dari maraknya persaingan perusahaan-perusahaan China dalam memperoleh tender impor, yang berlomba-lomba menawarkan harga murah. Akibatnya baik upah buruh maupun mutu bahan baku dipapas, agar keuntungan perusahaan dapat diperoleh lebih besar.
Tak hanya perusahaan mainan Mattel yang sebenarnya tidak memperhatikan standard keamanan. Namun juga perusahaan lainnya. Labour Watch telah meminta Disney dan Hasbro agar lebih memperhatikan keamanan buruh mereka. Sayangnya tak ada perbaikan.
Labour Watch menganalisa, dengan munculnya skandal di China yang terjadi baru-baru ini, kemungkinan perusahaan barat akan memindahkan order mereka ke negara berkembang lainnya. Dengan demikian masalah yang sama masih akan tetap muncul. Kembali Li Qiang: “China merupakan eksportir murah. Baik buruh maupun bahan baku sanagt murah di China. Kini perusahaan barat berencana memindahkan pabrik mereka ke India. Tetapi dengan harga yang mereka tawarkan kini, problem keamanan juga akan terjadi di India.”
China merupakan eksportir mainan terbesar di dunia. Sementara delapan puluh persen dari mainan yang dipasarkan di Amerika Serikat buatan China.