Bekas PM Sharif Pulang ke Pakistan
26 November 2007Sesaat setelah pesawat mendarat, Nawaz Sharif mengatakan kepada stasiun siaraan BBC:
„Saya kembali untuk memenuhi peran saya dan untuk membantu agar Pakistan terbebas dari kedidakturan serta kekacauan yang mengungkung negara ini selama delapan tahun terakhir.“
Sebenarnya, September lalu, Nawaz Sharif sempat mencoba untuk kembali ke Pakistan. Namun, saat itu pemerintah Pakistan tak mengizinkan Sharif menjejakkan kaki di tanah airnya. Ia hanya sampai di bandara Lahore sebelum dipaksa untuk kembali ke Arab Saudi. Kali ini, pemerintah menyatakan tak akan menghalangi kepulangan Sharif.
Walau begitu, kembalinya pemimpin oposisi Sharif dibayang-bayangi penahanan anggota Partai Sharif Liga Muslim Pakistan. Pemerintah sengaja menahan ribuan pendukungnya agar tak dapat mengikuti upacara penyambutan Sharif, :„Ini adalah bukti Musharraf tidak menginginkan pemilu yang bebas dan adil. Jika kami tidak diizinkan menyambut ketua partai kami di sini. Lalu bagaimana kami dapat melakukan kampanye pemilu?.” Tandas Juru bicara Partai Ahsan Iqbal.
Tuduhan Ahsan Iqbal ditepis polisi dan pemerintah Pakistan. Mereka berdalih, aparat keamanan hanya berupaya menjaga keamanan di bandara. Karena itu, mereka menahan beberapa orang. Polisi Pakistan memperketat penjagaan keamanan menyusul kejadian naas bulan Oktober lalu. Waktu itu, 140 orang pendukung Benazir Bhutto tewas, saat menyambut kepulangan politisi perempuan itu di Karachi. Kali inipun Polisi menerima sejumlah peringatan, kata kepala polisi Malik Iqbal „Polisi Lahore menetapkan sejumlah kebijakan untuk menjaga keamanan bekas perdana menteri Pakistan. Tapi kami tetap mengizinkan para pendukungnya untuk masuk bandara dan berdiri di sepanjang jalan yang akan dilalui Sharif.“
Pengamat politik menduga, Nawaz Sharif kembali ke Pakistan untuk mencalonkan diri dalam pemilu parlemen, Januari mendatang. Tapi, sampai saat ini belum jelas apakah pemilu akan diselenggarkan atau tidak. Beberapa partai oposisi berencana untuk memboikot pemilu, bila presiden Musharraf tak mencabut situasi darurat sampai pertengahan minggu ini. “Sebagian kelompok oposisi mendukung rencana ini. Mereka dapat menjadi bagian gerakan lintas partai untuk demokrasi atau memilih untuk memisahkan diri dari kelompok ini.” Ujar juru bicara Liga Muslim Arab Ahsan Iqbal:
Salah satu partai oposisi yang belum mengambil sikap soal boikot pemilu adalah Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang dipimpin bekas perdana menteri Benazir Bhutto. Kedua pemimpin oposisi Nawaz Sharif dan Benazir Bhutto sudah melakukan sejumlah pembicaraan.
“Sekarang kita hanya perlu menunggu apakah kita bisa bersatu di belakang satu agenda bersama.“ Begitu kata Shabaz Sharif, ketua Partai Liga Muslim Pakistan dan saudara laki-laki Nawaz Sahrif
Kini, pihak oposisi menunggu langkah berikut yang diambil Presiden Pervez Musharraf. Pertama, mereka akan mengamati apakah Jendral Musharraf menetapi janji dan menanggalkan seragam militer sebelum kembali diangkat sumpahnya sebagai presiden Pakistan. Dan kedua, kelompok oposisi mendesak pencabutan situasi darurat di Pakistan.
Bila kedua syarat tersebut dipenuhi, demikian menurut sejumlah pengamat politik, bukan tak mungkin di Pakistan terjadi pembagian kekuasaan. Yaitu,. antara Musharraf sebagai presiden Pakistan dan seorang perdana menteri dari kelompok oposisi.***