Bagaimana Prospek Ekonomi Cina di Tahun Ular?
31 Januari 2025Ekonomi Cina belum tumbuh secara dinamis seperti biasanya sejak berakhirnya pandemi. Sekarang masih banyak masalah yang haus diatasi. Di dalam negeri, konsumsi turun karena orang-orang menahan uang mereka. Krisis real estat yang telah berlangsung selama bertahun-tahun juga membuat banyak orang gelisah. Andalan Cina saat ini adalah pasar ekspor, yang juga bisa terhambat karena pemerintahan Trump di AS.
Setelah kembali ke Gedung Putih, Donald Trump ingin mendorong lagi perekonomian AS dan mulai menyoroti neraca perdagangannya dengan negara-negara lain. Trump sudah lama mengeritik negara-negara yang banyak mengekspor barangnya ke AS, tapi hanya membeli sedikit barang dari AS.
Pertumbuhan ekonomi Cina tahun 2024 menurut statistik resmi mencapai angka 5 persen. Kecuali pada tahun-tahun pandemi, ini adalah nilai terlemah dalam beberapa dekade. "30 persen pertumbuhan ekonomi berasal dari permintaan eksternal saja. Pertumbuhan ekonomi Cina jadi sangat bergantung pada ekspor," kata Volker Baur, ahli ekonomi dari Commerzbank kepada DW.
Tahun 2024, ekspor menyumbang 1,5 persen terhadap pertumbuhan Cina. "Ini berarti permintaan domestik, yaitu apa yang dikonsumsi atau diinvestasikan di Cina sendiri, hanya tumbuh sebesar 3,5 persen," kata Volker Baur, yang telah mempelajari ekonomi Cina selama bertahun-tahun.
Warga Cina hampir tidak merasakan pertumbuhan
Thomas Gitzel, kepala ekonom di VP Bank mengatakan, kebanyakan warga Cina tidak merasakan pertumbuhan ekonomi. "Tidak ada perbaikan signifikan dalam situasi ekonomi yang dirasakan," jelasnya. Dampak krisis real estat masih terasa, konsumen merasa tidak pasti dengan prospek ekonomi.
Beijing membayar harga tinggi atas pertumbuhan ekspornya, karena harga barang-barang ekspornya sedang turun. Ekspor produk baja Cina tahun 2024 memang meningkat 20 persen, tetapi harga ekspor turun selama dua tahun. Selain itu, sekitar sepertiga perusahaan baja Cina mengalami kerugian. Dan setiap tahun situasinya makin sulit.
Gambarannya serupa jika terlihat di sektor ekspor mobil. Pada tahun 2024, ekspor mobil Cina ke seluruh dunia naik 24 persen, tetapi itu terjadi saat harga mobil ekspor sedang turun. Menurut Volker Baur, sekitar seperempat produsen mobil Cina mengalami kerugian.
Andrew Wang, yang perusahaannya menyediakan infrastruktur pengisian baterai mobil listrik di Xiamen, mengatakan kepada kantor berita Reuters, angka penjualannya turun 16 persen tahun lalu. Karena itu ia harus memberhentikan sebagian pegawai dan kemungkinan akan melakukannya lagi dalam waktu dekat ini. "Data yang dirilis oleh Cina berbeda dari apa yang dirasakan kebanyakan orang," tambahnya.
Daftar tugas dan prioritas yang makin panjang
Makin banyak perusahaan Cina yang mengalami kesulitan, tingkat gaji menurun, pengangguran meningkat, dan konsumsi rendah - ini hanyalah beberapa tantangan yang dihadapi kepemimpinan Cina di Tahun Ular. Belum lagi ancaman dari Presiden AS Donald Trump, yang ingin memperketat kebijakan perdagangan.
Hingga saat ini, AS masih menerapkan aturan pengiriman barang dari luar negeri sampai nilai 800 dolar AS bebas bea masuk. Kebebasan inilah yang dimanfaatkan oleh pengecer daring dari Cina seperti Temu, Shein, dan AliExpress. Kalau Trump mengubah aturan pengecualian ini, hal itu akan menimbulkan konsekuensi nyata.
Menurut perhitungan bank Jepang Nomura, kebijakan Trump bisa memperlambat pertumbuhan ekspor Cina sampai 1,3 persen. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan bisa terhambat sampai 0,2 persen. Dan dampaknya akan lebih besar lagi jika Eropa dan negara-negara Asia Tenggara, yang memiliki peraturan bea cukai serupa, bertindak dengan cara yang sama.
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman