Bagaimana Dunia Merespons Kenaikan Tarif Baja oleh Trump?
13 Februari 2025Presiden Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium ke Amerika Serikat. Kebijakan yang akan berlaku mulai bulan Maret ini bertujuan untuk "membuat Amerika kaya kembali," kata dia.
Namun, banyak ekonom menolak asumsi bahwa tarif akan membawa "zaman keemasan baru" bagi AS. Mereka berpendapat, tarif impor justru akan merugikan semua pihak yang terlibat.
Kenaikan tarif dimaksudkan untuk melindungi produsen baja dan aluminium dalam negeri. Namun, ekonom mewanti-wanti bahwa industri AS masih sangat bergantung pada impor logam. Dampaknya, sektor seperti otomotif dan konstruksi akan menghadapi peningkatan biaya produksi. Biaya ini pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen AS, yang dapat memicu inflasi.
Ekonom juga khawatir bahwa tarif akan berdampak paling besar pada warga berpenghasilan rendah. Kenaikan harga barang konsumsi, seperti mobil, akan menjadi beban yang sangat berat bagi banyak orang.
Meredith Crowley, profesor ekonomi di Universitas Cambridge di Inggris, berpendapat bahwa warga Amerika berpenghasilan rendah, yang sebagian besar memilih Trump, akan mengalami "kerugian paling besar dari perang tarif," ujarnya.
"Jika Anda kesulitan membayar cicilan mobil yang Anda miliki saat ini, bebannya akan jauh lebih berat. Jika harga mobil naik sebesar USD1.000, banyak keluarga tidak akan mampu membelinya," kata Crowley kepada DW.
Produk impor lebih murah dan lebih baik
Sektor baja dan aluminium AS menghadapi beberapa tantangan struktural yang memangkas daya saing dibandingkan pemasok luar negeri. Hambatan terbesar terutama adalah biaya produksi yang tinggi, infrastruktur yang ketinggalan zaman, dan kapasitas yang terbatas.
Meskipun AS tidak terlalu bergantung pada pasokan dari Tiongkok, dominasi Asia di kedua industri tersebut telah menciptakan kelebihan kapasitas. Cina memproduksi lebih dari 50% baja dan 60% aluminium di dunia, dengan harga yang sering disubsidi oleh negara.
"Produsen AS sering mengimpor baja dari tempat-tempat seperti Cina. Mengapa? Karena lebih murah daripada mengimpor baja ketimbang mengirimnya dari pesisir timur ke pesisir barat," kata Hall-Blanco, merujuk pada dua kawasan padat industri di Amerika.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Tarif impor rugikan lapangan kerja AS
Di masa jabatan pertama, Trump berhasil mendorong peningkatan produksi logam dalam negeri, setelah menaikkan tarif impor dari Cina.
Namun, sebuah studi oleh bank sentral AS, Federal Reserve, memperkirakan bahwa lapangan kerja di sektor manufaktur turun sebesar 1,4% dalam periode tersebut.
Studi yang sama menemukan bahwa menyusutnya lapangan kerja tercatat marak pada produsen yang paling telak terkena imbas kenaikan tarif, karena meningkatkan biaya produksi.
Oxford Economics memperkirakan pada tahun 2021 bahwa perang dagang selama periode pertama Trump mengurangi setengah persen dari produk domestik bruto, PDB, AS dan memangkas pendapatan riil sebesar USD675 per rumah tangga.
Tarif baja serupa yang diberlakukan AS pada tahun 2001 juga menyebabkan permintaan yang lebih rendah di kalangan produsen dalam negeri maupun asing. Akibatnya, puluhan ribu tenaga kerja diberhentikan.
"Produsen dalam negeri AS harus mengurangi lapangan kerja karena mereka tidak dapat memproduksi mobil dalam jumlah yang cukup akibat kurangnya baja impor. Itulah salah satu hal yang memberi insentif kepada presiden saat itu George W. Bush untuk mulai menghapus tarif baja," kata Crowley.
Kanada bersiap hadapi skenario terburuk
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengecam kebijakan tarif baru AS terhadap impor baja dan aluminium sebagai tindakan yang "sama sekali tidak dapat dibenarkan". Kanada, sebagai pengekspor baja terbesar ke AS, akan "melawan dengan keras dan tegas" kenaikan tarif sepihak.
Data menunjukkan bahwa Kanada merupakan pemasok baja terbesar ke AS pada tahun lalu, diikuti oleh Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan Vietnam. Kanada juga merupakan pengekspor aluminium terbesar ke AS, dengan volume dua kali lipat dari gabungan sembilan negara penyuplai AS lainnya.
Kebijakan tarif ini juga berdampak pada Uni Eropa, yang sekitar 25% ekspor bajanya dikirim ke AS. Uni Eropa telah menegaskan akan melindungi kepentingan ekonominya dan memperingatkan bahwa tindakan balasan akan diambil jika AS tetap memberlakukan tarif tersebut.
Para ahli berpendapat bahwa kebijakan tarif mungkin merupakan strategi politik Presiden Trump untuk mendapatkan keuntungan dalam negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa, khususnya terkait tarif mobil impor.
Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa memperingatkan bahwa "tarif yang tidak dapat dibenarkan terhadap UE tidak akan dibiarkan begitu saja, serta akan memicu tindakan balasan yang tegas dan proporsional," ujarnya.
Crowley mengatakan Trump akan memperoleh "kemenangan politik" jika dia bisa memaksa UE memangkas tarif impor kendaraan dari AS. "Dia memikirkan kesepakatan antarindustri ... membuatnya tampak seperti dialah yang telah membuka pasar dengan meminta Uni Eropa memangkas tarif," katanya kepada DW.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris