AS Minta Israel Hentikan Pembangunan Pemukiman di Palestina
29 Mei 2009Harian koservatif Austria Die Presse yang terbit di Wina menulis
„Obama menjalankan kembali Politik Timur Tengah yang berakar pada hukum internasional. Konvensi Jenewa ke-4 yang berlaku sejak tahun 1949 secara jelas mengatur bahwa penguasa pendudukan tidak boleh memukimkan sebagian warganya di kawasan yang dikuasainya. Dalam perjanjian perdamaian yang menyebutkan tentang pertukaran kawasan, status sejumlah pemukiman dapat dilegalisir. Tapi kini bila mengambil istilah hukum internasional, dapat dikatakan sekitar 280 ribu warga Israel tinggal secara ilegal di Tepi Barat Yordan. Dan itu belum termasuk di Yerusalem Timur. Sekarang pertanyaannya adalah apakah dan bagaimana kelanjutannya, jika Israel menolak menghentikan pembangunan pemukiman.“
Sementara harian konservatif Perancis Le Figaro berkomentar, Amerika Serikat mengharapkan partisipasi Israel. Lebih lanjut Le Figaro menulis
„Antara Israel dan Amerika Serikat atmosfirnya tidak lagi terkonsentrasi dengan baik seperti pada masa George W. Bush. Kegigihan pemerintahan baru untuk mengingatkan permintaannya terhadap pemerintah Israel, menunjukkan masa-masa sulit. Isyarat dari Gedung Putih menunjukkan konflik Israel-Palestina bagi pemerintahan baru ini memiliki spektrum luas. Israel tetap menjadi mitra istimewa Amerika Serikat, yang tetap akan menjadi jaminan keamanannya. Tapi Washington juga mengikuti sasaran lain di kawasan tersebut dan sejak saat ini mengharapkan agar mitranya juga ikut ambil bagian. Begitu pula untuk harapan perbaikan hubungan dengan dunia Arab dan penyelesaian masalah Iran.“
Perkembangan sengketa pembangunan pemukiman Israel di Tepi Barat Yordan juga menjadi sorotan harian Luxemburg Luxemburger Wort
„Di Tanah Suci kawasan itu menurut arti katanya secara harfiah adalah suci. Jadi sesuatu yang istimewa. Dimana tersedia cukup lahan bagi semua. Kita lihat Israel: Teritorial Israel saat ini menawarkan peluang berkembang yang cukup untuk semua warga Israel. Jadi mengapa ada pemukiman baru? Mengapa terus menyulitkan perdamaian dan juga negara Palestina mendatang? Presiden Amerika Serikat Barack Obama sudah melihat, satu-satunya jawaban bagi masalah adalah penghentian pembangunan pemukiman secara mutlak. Jawaban lain tidak ada gunanya, terus memicu kebencian dan sudah pasti tidak membawa perdamaian. Obama menyadari hal ini, Netanjahu belum. Tapi sebaiknya nama Netanjahu tidak cepat-cepat dihapus. Mungkin saja, justru namanyalah yang masuk dalam buku-buku sejarah sebagai tokoh yang memungkinkan terbentuknya negara Palestina dan dengan demikian tercipta perdamaian abadi di Timur Tengah.“
DK/AR/dpa/afpd