Arafat dan siapa penerus kepemimpinan di Palestina?
29 Oktober 2004Perdana Menteri Israel Ariel Sharon kemarin mengiizinkan Arafat meninggalkan Ramallah untuk perawatan. Arafat telah menjalani tahanan rumah sejak tahun 2001. Selama ini Israel mengizinkan Arafat untuk meninggalkan kediamannya yang dikepung pasukan Israel, tetapi ia kemungkinan tidak diizinkan kembali lagi.
Berikut penilaian harian Jerman TAZ di Berlin mengenai apa yang akan terjadi apabila Arafat meninggal dunia:
Arafat, lambang perjuangan nasional Palestina , namun sekaligus juga pembela yang buruk bagi rakyatnya. Di dunia internasional Arafat kehilangan pengaruh, demikian juga di dalam negeri. Kematiannya tidak akan membawa situasi yang baru sama sekali. Kematiannya hanya akan mempertajamn kecenderungan yang telah terlihat selama ini. Pemerintahan otonomi Palestina sekarang pun tidak mampu berfungsi. Kelompok Palestina terbesar Organisasi Fatah pimpinan Arafat terancam pembubaran, sementara kelompok HAMAS menjadi semakin kuat. Apabila Arafat meninggal dunia , dapat mempertajam perseteruan .
Harian Berliner Zeitung menilai kemungkinan terjadinya peralihan kepemimpinan. Namun sampai sekarang belum ada calon pengganti Arafat yang dianggap cocok.
Seorang pengganti sekaliber Arafat tidak ada. Apa warisan Arafat? Secara finansial para ahli waris Arafat lebih terjamin ketimbang rakyatnya yang menderita. Kekayaan Arafat diperkirakan bernilai ratusan juta Dollar . Arafat terkenal korup, tidak dapat dipercaya dan tak berperikemanusiaan. Yang lebih penting daripada rekening banknya adalah basis politiknya. PLO dididirkan tahun 1967 sebagai organisasi partisan. Arafat dianggap egois, penghasut, teroris , revolusioner. Ia tidak pernah berambisi menjadi negarawan. Apa yang akan terjadi apabila Arafat meninggal dunia ? Yang paling buruk dapat terjadi kekacauan dan perseteruan mengenai soal suksesi. Yang paling baik, namun kiranya mustahil, mengadakan pemilihan umum , membangun pemerintahan otonomi Palestina yang mampu memerintah dan mencapai kompromi yang historis dengan Israel.
Harian Financial Times Deutschland dalam komentarnya membahas masa pasca-Arafat. Kami kutip:
Banyak pihak mengatakan konflik Timur Tengah akan terselesaikan setelah kematian Arafat. Namun tampaknya tidaklah semudah itu. Benar, Arafat bukan hanya aktor dalam konflik itu, ia sendiri merupakan bagian dari konflik itu. Namun selama ini ia tokoh pemersatu pihak-pihak yang bersengketa dan bertekad menggunakan kekerasan. Arafat sendiri tidak mau menyiapkan penggantinya. Semua kemungkinan kandidat disingkirkan. Kematiannya akan jatuh bersamaan pada saat ketika Palestina harus membenahi pemerintahan otonomi. Bahwa Arafat sakit keras bersamaan pada saat ketika PM Israel Ariel Sharon mempersiapkan rencana penarikan mundur dari Jalur Gaza, membuat keadaan tambah rumit. Sebab juga di Israel sedang berkecamuk pertarungan kepemimpinan intern. Jadi, baik di Palestina mau pun Israel tidak jelas, siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan dan apa rencana selanjutnya.
Setelah beberapa komentar dari Jerman kini kami kemukakan suara-suara pers dari negara Eropa lainnya. Harian Swiss Basler Zeitung menulis:
Meski Yassir Arafat akan sembuh dan kondisi kesehatannya pulih kembali, ia telah kehilangan kekuasaannya. Arafat tidak berhasil menghentikan aksi kekerasan yang menyebabkan Israel kembali menduduki daerah yang menurut Perjanjian Oslo dinyatakan sebagai zona otonomi. Kesalahan lain Arafat adalah ia tidak pernah mempersiapkan calon yang mampu sebagai penerusnya.
Harian konservatif Austria Die Presse menulis tentang kekhawatiran apabila Arafat meninggal dunia:
Dikhawatirkan akan timbul perang saudara di Jalur Gaza dan Tepi Barat, situasi yang bisa dimanfaatkan oleh Israel. Namun Israel tidak menginginkan terjadinya kekacauan itu. Karenanya Israel telah menyiapkan rencana untuk keadaan darurat, agar dapat menguasai keadaan, bahkan telah dipikirkan, di mana sebaiknya Arafat dimakamkan, guna mencegah kerusuhan. Namun adalah lebih baik bila Israel sekarang membuat rencana lain ,yakni usulan perdamaian yang meyakinkan kepada penerus Arafat.