Ancaman Tarif Impor Mobil Trump Resahkan Jepang
31 Maret 2025Pemerintah Jepang menyatakan kekecewaannya terhadap pengumuman Presiden AS, Donald Trump, yang akan memberlakukan tarif impor sebesar 25% terhadap seluruh kendaraan yang diimpor ke AS terhitung 2 April 2025.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba meminta Washington untuk membebaskan produsen mobil Jepang dari penerapan tarif tersebut selain bea masuk sebesar 2,5%.
Jika Tokyo tidak dapat meyakinkan Trump untuk mengurangi tuntutannya, maka produsen mobil dan ekonomi Jepang akan terdampak secara luas.
"Dampaknya terhadap keseluruhan terhadap pelaku bisnis di Jepang akan sangat serius,” kata Martin Schulz, kepala kebijakan ekonomi dari Unit Intelijen Pasar Global Fujitsu.
"Hampir sepertiga dari ekspor Jepang adalah mobil atau sektor terkait dan, jika digabungkan, industri ini menyumbang 8% dari keseluruhan lapangan kerja di sini,” katanya kepada DW, seraya menambahkan bahwa tarif tersebut akan menyusutkan ekonomi Jepang sebesar 0,2%.
"Ketika harga naik lebih dari seperempat dikarenakan tarif ini, lantas pertanyaannya adalah siapa yang akan menanggung biaya tambahan tersebut,” kata Schulz.
"Kita akan melihat kombinasi harga yang lebih tinggi untuk konsumen AS dan permintaan yang lebih rendah, tetapi ini jauh lebih kompleks karena perusahaan-perusahaan Jepang menawarkan model-model yang tidak mudah diganti, seperti kendaraan listrik,” tambahnya.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Tarif kacaukan rantai pasokan
Faktor lain yang membuatnya lebih kompleks adalah tarif yang dikenakan pada komponen yang diimpor, terkadang impor dilakukan beberapa kali sebagai bagian dari keseluruhan proses manufaktur.
Para analis menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang yang berinvestasi besar-besaran di fasilitas produksi di Meksiko dan Kanada memiliki pemahaman bahwa perdagangan lintas batas dengan AS tidak akan terhalang kini terjebak dalam posisi proteksi perdagangan AS yang begitu ketat di masa kepresidenan Trump yang kedua.
Para produsen mobil di sini sebagian besar tetap diam terkait ‘keputusan' Washington, karena tidak ingin bersikap antagonis terhadap pemerintahan Trump.
Namun, ada juga kesan bahwa Trump telah menolak upaya Tokyo untuk membangun hubungan dengan Gedung Putih setelah PM Ishiba mengadakan pembicaraan yang dianggap bersahabat dengan Presiden Trump di bulan Februari lalu.
"Jepang telah melakukan investasi yang signifikan dan penciptaan lapangan kerja yang signifikan, yang tidak berlaku untuk semua negara,” ujar Ishiba dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis, 27 April 2025. "Kami adalah [negara] nomor satu dalam hal investasi di Amerika Serikat.”
Yoshimasa Hayashi, kepala sekretaris kabinet, juga ikut menggarisbawahi posisi Tokyo.
"Kami percaya bahwa langkah-langkah yang ada saat ini serta pembatasan perdagangan secara meluas oleh pemerintah AS berdampak yang signifikan pada hubungan ekonomi Jepang dan AS, serta pada ekonomi global serta sistem perdagangan multilateral.”
Jepang berharap ada pengecualian
"Menanggapi pengumuman tersebut, kami telah mengatakan kepada pemerintah AS bahwa kami sangat menyesalkan tindakan ini,” tambah Hayashi. "Kami mengimbau pemerintah AS untuk mengecualikan Jepang dari penerapan kebijakan ini.”
Schulz tidak optimis bahwa pemerintah Jepang dapat meyakinkan Trump bahwa mereka perlu diperlakukan secara khusus.
"Saya tidak yakin negosiasi perdagangan akan berhasil karena mereka sering kali menyatukan berbagai tarif dan proposal yang berbeda yang harus diseimbangkan oleh kedua belah pihak, contohnya impor LNG melawan tarif mobil,” jelasnya.
"Untuk melakukan hal itu diperlukan negosiasi, tetapi keputusan-keputusan ini dibuat di Gedung Putih dan merupakan isu-isu yang menjadi perhatian Trump,” katanya. "Para negosiator Jepang tidak bisa begitu saja mengajukan pengecualian terhadap Tokyo.”
Saat ini, perusahaan-perusahaan otomotif Jepang menyumbang sekitar 16% dari kendaraan yang diimpor ke AS melebihi produsen mobil Korea Selatan yang menyumbang impor sebesar 15%. Para analis menyatakan bahwa tarif akan membebankan biaya tambahan pada enam perusahaan mobil besar di Jepang, berjumlah sekitar 11,4 miliar US Dollar atau setara dengan 189 triliun Rupiah.
Konsumen Amerika Serikat 'yang paling dirugikan'
Takaki Nakanishi, CEO Nakanishi Research Institute yang berbasis di Tokyo dan seorang spesialis di sektor otomotif, mengatakan kepada DW bahwa penerapan tarifnya diberlakukan untuk seluruh kendaraan impor, maka dampaknya tidak akan terbatas hanya di Jepang.
"Sektor ini akan ‘terluka', dampaknya terasa di seluruh dunia dan Jepang tidak akan dirugikan,” katanya kepada DW.
"Tentu saja, yang paling dirugikan adalah konsumen AS dan ekonomi AS, meskipun saya membayangkan para pendukung Trump tidak akan benar-benar memahami apa yang sedang terjadi hingga ada lebih banyak masalah ekonomi, seperti kenaikan harga-harga atau kerusakan pasar saham,” tambahnya.
Namun, Nakanishi optimis bahwa Trump mungkin masih akan mengikuti cara berpikir Tokyo.
"Sangat sulit untuk mengatakan apa yang akan terjadi karena presiden mudah sekali berubah pikiran, namun saya rasa Jepang masih memiliki ruang untuk bernegosiasi,” saran Nakanishi.
"Menurut pandangan saya, ketidaksepakatan jauh lebih kuat antara AS-Eropa karena kedua pemerintahan mempertimbangkan tarif resiprokal. Ini bisa menjadi peluang bagi Jepang.”