Akan Berhasilkah Pemerintahan Sementara Palestina?
20 Mei 2009Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad menyebut tugas utama pemerintahan sementara Palestina yang baru saja dilantik adalah mengakhiri perpecahan Palestina yang kini terbagi dua. Yaitu kelompok Hamas di Jalur Gaza dan kelompok Fatah yang memerintah di Tepi Barat Yordan. Fayyad menyatakan, penyatuan kembali tanah airnya merupakan prioritas utama. Hal ini disampaikannya di Ramallah, yang masih merupakan wilayah pendudukan Palestina, seusai pelantikan kabinet interim yang terdiri dari 20 menteri, termasuk di antaranya empat menteri perempuan .
Dengan jelas Fayyad selanjutnya mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanjahu, yang dalam lawatannya di Washington awal pekan ini, menolak untuk berbicara mengenai pembentukan sebuah negara Palestina dan hanya menawarkan perundingan segera dengan Palestina. Salam Fayyad: „Saya kira, ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara mengenai perundingan. Sebenarnya sudah ada kesepakatan dan perjanjian-perjanjian yang perlu dilaksanakan segera. Dengan jelas-jelas menghindari isu mengenai kemungkinan konsep penyelesaian yang saat ini telah menjadi inti dari konsensus internasional, yaitu penyelesaian dua negara, saya pikir, Netanjahu bersikap tidak semestinya "
8 dari 20 kursi di kabinet diduduki Fatah
Pembentukan pemerintahan interim di Ramallah baru-baru ini memang jauh dari mudah. Para pemimpin Fatah yang punya pengaruh besar, mendesak Presiden Palestina Mahmoud Abbas agar mengikutsertakan mereka dalam kabinet dan bukan seperti pada pemerintahan sementara sebelumnya, di mana mereka tidak dilibatkan. Atas tekanan ini, Abbas akhirnya memberikan delapan dari 20 departemen kepada anggota Fatah. Sementara kelompok Hamas di Jalur Gaza tetap menolak pemerintahan interim di Ramallah itu. Juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum mengungkapkan di Gaza-City: „Pembentukan pemerintahan oleh Mahmoud Abbas di Tepi Barat Yordan akan meningkatkan kekacauan politik. Baik kekacauan hukum maupun perundang-undangan yang disebarkannya di mana-mana di Westbank. Ini adalah sabotase sengaja bagi dialog internal Palestina dan membahayakan perundingan yang akan dilaksanakan di Kairo dalam waktu dekat."
Rencana pemilu Palestina awal tahun depan semakin jauh
Kelompok radikal Hamas keluar sebagai pemenang dalam pemilu parlemen Palestina tahun 2006. Kelompok ini kemudian membentuk pemerintahan koalisi dengan Fatah. Juni 2007 dalam sebuah operasi militer berdarah, Hamas berhasil menghancurkan kekuasaan Fatah di Jalur Gaza. Sejak itu Hamas mengkonsilidasi kekuatannya dengan metode yang keras di Jalur Gaza. Setelah pelantikan pemerintahan sementara Palestina yang terakhir ini, harapan apakah pemilu Palestina akan dapat dilaksanakan awal tahun depan di Jalur Gaza dan Tepi Barat Yordan, belum pernah sekabur saat ini.
Clemens Verenkotte/Christa Saloh
Editor: Dyan Kostermans